MADIUNTIMES - Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, haul Kiai Hamdani di masjid Al Mahmudin, Jalan Kyai Hamdani Kelurahan Tawangrejo, Kartoharjo, Kota Madiun kali ini dilaksanakan dalam suasana sederhana. Hal ini tak lain disebabkan masih dalam masa pandemi Covid-19.
Peringatan haul Kiai Hamdani yang setiap tahun selalu dirayakan dengan meriah dan diikuti beberapa jenis lomba keagamaan, dengan terpaksa semuanya dirayakan dengan sederhana.
Baca Juga : Polemik Kenaikan NJOP, BEM se-Tulungagung Berencana Aksi Damai
mbahMbah Kiai Hamdani merupakan sosok pejuang agama yang gigih menyiarkan agama di kelurahan Tawangrejo dan sekitarnya.
Menurut Kiai Choirul Muttaqin selaku penerus perjuangan yang saat ini diamanahi sebagai Imam Masjid dan Ketua Yayasan K Hamdani menuturkan, bahwa budaya perayaan haul perlu untuk terus dilestarikan sebagai upaya memahami betapa beratnya perjuangan para ulama-ulama terdahulu untuk mengarahkan masyarakat ke jalan yang sesuai kaidah syar'i.
“Perayaan haul kali ini tetap dilaksanakan, sekalipun dengan sangat sederhana. Yaitu, pembacaan dzibaiyah pada malam sebelumnya, hataman alquran, pembacaan tahlil qubro bersama seluruh warga, diakhiri doa serta sedekah,” ucapnya.
“Perayaan seperti ini mempunyai makna yang dalam, terutama pada sisi seberapa besar perjuangan menyiarkan agama Allah,” lanjut Choirul Muttaqin.
Tidak hanya itu, historis masa perjuangan Kiai Hamdani saat mengelola Pondok Pesantren Angkring perlu dimengerti oleh generasi penerus sekarang. Agar himmah mulia tetap dapat terus digelorakan dan diwujudkan.
“Dahulu di sebelah selatan Masjid Al Mahmudin ini ada peninggalan berupa Pondok Angkring yang menampung sekitar 50 santri dari beberapa daerah sekitar. Karena itu melalui momen perayaan haul Kiai Hamdani ini, InsyaAllah akan kita teruskan cita-cita luhur beliau dengan didirikannya pondok Tahfidzul Quran dan lembaga-lembaga pendidikan Islam tingkat Ulya,” terangnya.
Choirul melanjutkan, saat ini sudah terwujud lembaga pendidikan formal tingkat dasar, yaitu TK Islam Hudan Linnas, SD Islam Hudan Linnas dan Madrasah Diniyah Ulul Albab.
Terpisah, Suharsono selaku pembina takmir masjid Al Mahmudin menambahkan, bahwa pada saat generasi Mbah Kiai Abdul Rozak, KH Mastur Dimyati bukti bangunan pondok pesantren peninggalan pada masa mbah Kiai Prawiro, ulama dari Mbah Kiai Hamdani masih ada. Yaitu, berupa bangunan pondok berbentuk panggung atau angkring.
"Memang bener mas, masih ada yaitu berupa bangunan pondok berbentuk panggung atau angkring. Kata Mbah dulu, Mbah Kiai Hamdani itu salah seorang prajurit Pangeran Diponegoro yang ditangkap Belanda dengan cara licik. Prajurit-prajuritnya menyebar dan sampailah di daerah sini. Salah satu ciri yang saat itu ada adalah ditanamnya pohon Sawo di depan Cikal bakal Masjid ini," tuturnya.
Baca Juga : Film Ketiga Keimanan Martin, Silence: Kisah Miris Pemeluk Kristen Abad 17 di Jepang
Sementara itu Sumadjiono yang juga pembina takmir masjid sekaligus putra menantu Kiai Mastur Dimyati mengaku bangga dan sangat bersyukur atas terus dirayakannya Haul Mbah Kiai Hamdani. Salah satu peninggalan Mbah Kiai Hamdani berupa masjid ini juga memiliki cerita tersendiri.
"Masjid ini termasuk masjid tua yang InsyaAllah merupakan tempat mustajabah. Salah satunya bapak Purnawirawan Irro Suparmo yang menjadi Jendral TNI dulu semasa masih kecilnya belajar mengaji di masjid al Mahmudin ini. Beberapa orang yang istiqomah berdoa di masjid ini atas izin Allah SWT juga banyak yang terkabul doa-doanya," pungkasnya.
