LUMAJANGTIME - Naiknya harga kedelai sebagai bahan baku tempe dan tahu membuat para perajinnya berpikir agar usaha mandiri produksi tempenya bertahan.
Seperti yang dilakukan Aman (40) warga Dusun Jumblengan Desa Pulo, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang. Menurutnya kondisi saat ini membuat produsen tempe sangat kelimpungan.
Baca Juga : Ini Keluh Kesah Pak Aman, Pembuat Tempe Yang Harus Bertahan Walau Kedelai Mahal
Kita ketahui, kenaikan tempe terjadi sebelum awal tahun baru. Waktu itu harga kedelai berada di angka Rp 8.000 per kilogram. Namun saat ini, harga bahan baku utama tempe meningkat menjadi Rp 9.000 - Rp 10.000 per kilogram.
"Sangat memberatkan mas, terjadinya kenaikan sebelum awal tahun baru lalu. Yang sebelumnya Rp 8000 per kilogram saat ini sudah Rp 9000 - Rp 10.000 per kilogram," ujarnya.
Alhasil, lelaki yang bekerja dibantu istrinya tersebut tetap bertahan dengan ukuran tempe tidak diubah dan juga harga jual tetap sama dengan yang sebelumnya. Meski dirinya harus mengalah dengan cara mencari kayu bakar di ladang.
"Harga jual tetap variatif dan ukuran tetap tidak berubah. Tetapi yang dulunya kayu bisa beli saat ini mencari di ladang," tambahnya sambil lesu saat diwawancari.
Baca Juga : Peluru Mortir Temuan Warga Kota Malang Akhirnya Diledakkan
Selain itu produsen tempe ini berharap perlu tindak lanjut dari pemerintah untuk bisa menstabilkan harga kedelai. Terlebih perajin mandiri ini tidak pernah tersentuh pemerintah baik modal atau pun bantuan kedelai. Jika harga kedelai naik terus, maka produsen tidak mendapatkan keuntungan bisa-bisa gulung tikar bahkan tidak bisa menafkahi keluarganya.
"Harapannya, pemerintah lebih peduli lah terhadap perajin tempe mandiri ini. Terlebih tidak ada bantuan baik modal ataupun kedelai dari pemerintah. Semoga mereka mendengar keluhan dan bisa menstabilkan harga kedelai dikarenakan saya harus menafkahi keluarga saya," pungkasnya.