TULUNGAGUNGTIMES - Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Tulungagung, mengeluarkan 2 pernyataan sikap atau manifesto arah gerakan untuk pembangunan Kabupaten Tulungagung.
Manisfesto tersebut merupakan sebuah komitmen untuk menjawab permasalahan lingkungan dan permasalahan gender yang sudah mulai dinilai parah.
Baca Juga : Rayz Hotel Bagi-bagi Plant Set Box Buat Pengunjung di Hari Bumi
Sekretaris DPC GMNI Tulungagung Gibrellyn Stea Loudry mengatakan, kerusakan lingkungan di Tulungagung semakin hari semakin tambah parah. Itu dilihat dari ketika diguyur hujan sedikit saja, banyak wilayah di Tulungagung mengalami banjir.
"Alam sudah rusak, keseimbangannya sudah terganggu. Musim hujan banjir di mana-mana, sedangkan saat kemarau kekeringan di mana-mana," kata pria yang akrab dipanggil Ebin, Sabtu (27/3/2021).
Sebagai pemuda, Ebin mengaku resah karena Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tulungagung seakan-akan tutup mata dengan kondisi alam yang sudah kritis ini. Perbaikan yang dilakukan Pemda, lanjutnya, hanya dilakukan di hilir yaitu membersihkan puing-puing banjir dan membangun jalan yang rusak karena banjir, tidak memperbaiki hulu penyebab terjadinya banjir dengan reboisasi hutan dan normalisasi sungai.
"Kita punya Gemah Ripah (Gerakan Masyarakat Hutan Rindu Pemandangan Hijau), yang akan kita gunakan untuk memobilisasi dan mengedukasi masyarakat," jelasnya.
Gemah Ripah, lanjutnya, sudah dimulai di beberapa wilayah Tulungagung, termasuk Kecamatan Pucanglaban dan Kalidawir. Secara teknis dengan mengorganisir masyarakat agar kembali peduli terhadap lingkungan, salah satunya menjaga keberadaan sumber mata air yang masih tersisa.
"Ini adalah sebuah gerakan yang kita tuangkan dalam manifesto dan kita sampaikan pada Bupati Tulungagung," tegasnya.
Baca Juga : Pergi Tanpa Pamit, Pengantin Baru di Tulungagung ini Diduga Pergi Bersama Wanita Tomboi
Selain Gemah Ripah, menurut Ebin, ada satu lagi pernyataan sikap organisasinya, yaitu Gestur (Gerakan Study Gender) yang merupakan sebuah gerakan mengawal isu-isu gender, karena kekerasaan seksual, baik langsung maupun tidak langsung (hinaan dan cacian terhadap perempuan di medsos) masih marak terjadi di Tulungagung.
Dengan 2 manifesto yang dikeluarkan, Ebin berharap bisa membantu pemerintah dalam menjalankan pembangunan dan mengawal agar setiap pembangunan tetap berbasis pada lingkungan dan sosial masyarakat.
"Karena manifesto, maka kita sampaikan pada acara puncak dies natalies GMNI ke-67 (Jum'at, 26/3/2021) dan disaksikan oleh seluruh anggota beserta tamu undangan," tutupnya.