INDONESIATIMES - Tepat hari ini, Kamis (11/3/2021) umat Islam merayakan Isra Mikraj. Irsa Mikraj merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam.
Peristiwa ini mengisahkan perjalanan suci Nabi Muhammad SAW sekaligus tanda kekuasaan Allah SWT. Isra sendiri diartikan perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa.
Baca Juga : Libur Isra Mikraj dan Hari Raya Nyepi, Pemkab Sumenep Larang ASN Bepergian
Sementara Mikraj adalah perjalanan Rasulullah dari Masjidil Aqsa meuju Sidratul Muntaha. Yang lebih istimewa. dalam peristiwa itu, Rasul berkesempatan bertemu dengan Allah SWT secara langsung.
Lantas seperti apa latar belakang terjadinya Isra Mikraj?
Melansir melalui fathindah.com, peristiwa Isra Mikraj terjadi setelah 2 orang yang paling dicintai Rasulullah meninggal dunia. Kedua orang itu yakni paman Rasul Abu Thalib dan istri Rasul Siti Khadijah.
Abu Thalib dan Siti Khadijah dikenal sebagai orang yang paling membela selama dakwah Rasulullah di Makkah. Sepeninggal Abu Thalib dan Khadijah, perjalanan dakwah Rasulullah semakin terasa sulit.
Hal itu disebabkan tidak adanya lagi orang yang membela dan menjadi pelipur laranya.
Hingga akhirnya Allah merencanakan perjalanan spiritual untuk Rasulullah. Isra Mikraj merupakan perjalanan spiritual untuk bertemu langsung dengan Allah SWT dan melihat singgasana-Nya.
Namun sebelum melakukannya, ada rangkaian spiritual yang harus dilalui Rasulullah. Ritual spiritual itu dimulai saat Malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil turun ke bumi. Mereka lalu menghampiri Rasulullah SAW di suatu malam. Dengan secepat kilat mereka membawa Rasul ke sumur zamzam di Makkah.
Kemudian mereka memperlakukan Rasul dengan lembut dan meminta izin kepada beliau untuk membelah dadanya. Selanjutnya Jibril membasuh hati Rasulullah dengan air zamzam.
Jibril kemudian mengeluarkan wadah berisi iman dan hikmah. Ia menuangkan seluruh isi dalam wadah tersebut ke hati Nabi Muhammad SAW, sehingga ilmu hikmah, ilmu yakin, dan Islam telah mengkristal dengan hati Rasulullah.
Persiapan pun selesai, selanjutnya Rasulullah dibawa oleh para Malaikat menuju Sidratul Muntaha menggunakan kendaraan bernama buroq. Seekor binatang putih bertubuh lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari bagal, dengan dua sayap di antara kedua kakinya.
Lalu Rasulullah pergi meninggalkan Makkah. Selama perjalanan, beliau singgah di beberapa tempat yang tak pernah ia lihat.
Baca Juga : Libur Isra Mikraj dan Hari Raya Nyepi, Pemkab Sumenep Larang ASN Bepergian
Setiap tempat yang beliau singgahi dijelaskan nilai-nilai historisnya oleh Jibril. Rasul pun diperkenankan melakukan salat sunnah 2 rakaat di masing-masing tempat itu.
Lalu Rasulullah juga diperlihatkan azab-azab seorang hamba yang durhaka dengan masing-masing dosanya. Tempat dan peristiwa yang disaksikan Rasulullah menjadi pelajaran (ibrah) yang berharga baginya.
Perjalanan Mikraj Rasulullah
Selesai perjalanan Isra, Rasulullah dan Malaikat Jibril melanjutkan perjalanannya ke Sidratul Muntaha, yakni lapisan langit ke 7. Perjalanan spiritual ini dinamakan dengan Mikraj.
Kala itu Jibril memeluk Rasulullah dan mencium bagian kening di antara kedua mata beliau sembari berucap, "Naiklah Muhammad! Engkau adalah tamu yang mulia dan akan menghadap Tuhan Yang Maha Mulia."
Tanpa jeda yang lama Rasulullah dan Jibril melangkahkan kaki menaiki Mikraj. Begitu ke 2 kaki beliau tepat menginjak tangga pertama, tangga itu bergerak naik sendiri membawa Rasulullah dan Jibril terbang menembus awan.
Mereka lalu melakukan perjalanan menuju langit ke 7. Di setiap tingkatan langit, Rasul menyaksikan pemandangan yang sangat luar biasa. Beliau bertemu dengan para Nabi terdahulu bersama pengikutnya yang saleh.
Langit demi langit dilalui, hingga mencapai puncaknya di langit ke 7 atau Sidratul Muntaha, bahkan Jibril tak dapat melampauinya. Rasulullah pun bertemu dengan Allah SWT dan diberikan perintah salat oleh-Nya sebanyak 50 rakaat.
Namun, saat itu Rasulullah melakukan negosiasi terkait jumlah rakaat dengan meminta saran kepada Nabi Musa AS. Hingga akhirnya dari peristiwa Isra Mikraj itu tercetuslah perintah salat lima waktu yang diwajibkan bagi umat Islam.