free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Politik

Luka Lama Megawati-SBY saat Pilpres 2004 Kembali Dibahas, Picu Ketegangan Demokrat dan PDIP

Penulis : Desi Kris - Editor : Pipit Anggraeni

18 - Feb - 2021, 17:01

Placeholder
Megawati dan SBY (Foto: CNN Indonesia)

INDONESIATIMES- Luka lama Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri terhadap Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menjadi rahasia publik jelang Pemilu Presiden 2004 kembali terangkat. Hal ini disebabkan oleh kalimat yang terucap dari eks Sekretariat Jenderal Partai Demokrat 2005 - 2010, Marzuki Alie.  

Dalam perbincangan yang diunggah di channel YouTube Akbar Faizal Uncensored pada 11 Februari lalu, Marzuki menceritakan jika sebelum pemilu 2004 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah mengatakan bahwa Megawati yang kala itu juga Presiden petahana akan kecolongan 2 kali.

Baca Juga : Jember Diterjang Angin, Puluhan Pohon Roboh, 3 Warga Jadi Korban

"Pak SBY menyampaikan, Pak Marzuki saya akan berpasangan dengan Pak JK (Jusuf Kalla). Ini Bu Mega akan kecolongan dua kali ini. Kecolongan pertama dia [SBY] yang pindah. Kecolongan kedua dia [SBY] ambil Pak JK. Itu kalimatnya," ujar Marzuki.

SBY sebelumnya adalah Menko Polhukam dalam kabinet Gotong Royong Megawati. Namun, ia memutuskan mundur dan maju menjadi penantang dalam Pilpres langsung pertama di Indonesia bersama Partai Demokrat. Kala itu, Mega yang maju sebagai petahana dalam Pilpres 2004 bersanding dengan Hasyim Muzadi.

Hingga akhirnya Pilpres 2004 itu mengantarkan SBY dan Jusuf Kalla sebagai pemenang.

Terkait pernyataan Marzuki itu, lantas membuat para politikus PDI Perjuangan dan Demokrat memberikan tanggapan. Salah satunya yakni Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto.  

Hasto mengatakan dengan menyatakan itu sebagai bukti bahwa selama ini SBY memang memiliki desain untuk melakukan misi pencitraan.

"Dalam politik, kami diajarkan moralitas politik yaitu satunya kata dan perbuatan. Apa yang disampaikan oleh Marzuki Alie tersebut menjadi bukti bagaimana hukum moralitas sederhana dalam politik itu tidak terpenuhi dalam sosok Pak SBY," kata Hasto dalam keterangannya.

"Terbukti bahwa sejak awal Pak SBY memang memiliki desain pencitraan tersendiri termasuk istilah 'kecolongan dua kali' sebagai cermin moralitas tersebut," sambungnya.

Lewat cerita Marzuki, kata Hasto, rakyat bisa memberikan penilaian tentang tuduhan SBY yang merasa dizalimi oleh Megawati di masa silam. Menurut Hasto, SBY lah yang justru menzalimi diri sendiri demi politik pencitraan.  

Baca Juga : Jember Diterjang Angin, Puluhan Pohon Roboh, 3 Warga Jadi Korban

"Ternyata kebenaran sejarah membuktikan bahwa Pak SBY menzalimi dirinya sendiri demi politik pencitraan," kata Hasto.

Di sisi lain, Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat, Andi Arief juga ikut angkat bicara.  Andi menyebut jika Marzuki telah mengarang cerita.

"Kenapa hantu, karena Marzuki mengarang bebas. Lebih mengejutkan saya, ternyata ada dendam PDI Perjuangan terhadap SBY karena sebagai menantu Jenderal Sarwo Edhie Wibowo. Dendam Ideologis?" tuturnya.

Lebih lanjut, ia meminta agar Hasto tak membenturkan SBY dan Mega selaku tokoh senior yang banyak berjasa bagi Indonesia.

"Sebaiknya Sekjen PDIP Hasto Kristianto jangan membentur2kan mantan Presiden Ibu Mega dan Pak SBY. Biarlah mereka berdua menjadi panutan bersama, sebagai yg pernah berjasa buat sejarah politik kita," kata Andi lewat akun Twitter pribadinya.

"Kader Partai Demokrat sejak lama didoktrin untuk tidak membuly mantan Presiden," sambungnya.


Topik

Politik



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Desi Kris

Editor

Pipit Anggraeni