TULUNGAGUNGTIMES - Bencana dan kerusakan alam kembali menjadi sorotan aktivis Mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Tulungagung. Mereka menilai alih fungsi hutan, sungai, dan ruang terbuka hijau merupakan faktor dominan penyebab terjadinya banjir di sebagian wilayah Tulungagung beberapa waktu lalu.
"Keseimbangan alam di Tulungagung sudah rusak, hutan juga sudah kritis, ini yang menjadi alasan kawan-kawan terpanggil," kata Ketua DPC GMNI Tulungagung Priyo Dwi Laksono, Sabtu (13/02/2021).
Baca Juga : Ditangkap setelah Beli HP, Pelaku Dapatkan Uang Palsu secara Online
Menurut Priyo, berdasarkan data dari Forum Komunitas Hijau (FKH) Tulungagung, pada tahun 1998 terdapat lebih dari 2.000 sumber mata air yang aktif sedangkan saat ini tidak lebih dari 200 sumber mata air yang masih tersisa. "Ini darurat, kalau dirata-rata dalam satu tahun puluhan sumber mata air mati akibat rusaknya alam," katanya.
Dalam waktu dekat, dia mengaku akan melakukan pemetaan dan dituangkan dalam peta teknis, kawasan-kawasan kritis di Tulungagung yang nantinya akan diserahkan ke Pemerintah Kabupaten Tulungagung agar segera ditindaklanjuti.
Selain itu, Pria bertubuh kekar ini juga telah menggelar diskusi-diskusi kecil bersama para penggiat lingkungan, tokoh masyarakat serta organisasi mahasiswa lainnya untuk menganalisis dan merumuskan strategi teknis mengembalikan fungsi hutan agar keseimbangan alam tetap terjaga.
"Kongkretnya kita akan mengedukasi masyarakat dan membuat gerakan satu orang satu pohon. Gerakan ini bukan hanya formalitas tanam pohon tapi juga merawatnya," tegasnya.
Baca Juga : Menteri era Soeharto Ingat Bung Hatta yang Tak Mampu Beli Sepatu, Soroti Korupsi KKP
Berkaca dari musibah banjir yang terjadi, Priyo berharap Pemerintah Kabupaten Tulungagung lebih responsif terhadap perubahan alam yang terjadi. Permasalahan yang ada di hulu harus diselesaikan terlebih dahulu, bukan hanya kegiatan-kegiatan reaksional paska terjadi musibah.
“Ketegasan pemerintah bisa dilihat dari corak kebijakan yang dikeluarkan, ada keberpihakan pada rusaknya alam atau tidak, mari kita lihat sama-sama," tutupnya.