Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Serba Serbi

LDII Prihatin Pemantaan Media Sosial tidak Mencerminkan Karakter Bangsa Indonesia

Penulis : Nurhadi Joyo - Editor : A Yahya

09 - Feb - 2021, 21:17

Placeholder
H Astro Junaidi, Ketua DPD LDII kabupaten Banyuwangi Nurhadi Banyuwangi Jatim Times

INDONESIATIMES - Saling serang para tokoh di media sosial mengundang keprihatinan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). Pasalnya, saling serang dengan muatan politik tersebut, sudah melewati area paling sensitif dari kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Media sosial kini menjurus pada perilaku nirakhlak yang dipertontonkan ke publik. Meskipun bangsa ini direkatkan oleh Pancasila dan semangat Bhinneka Tunggal Ika, namun komentar yang menyerang SARA sangat disayangkan,” ujar Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso.

Baca Juga : Peringatan HPN 2021, Ini yang Disampaikan Pemkot Kediri untuk Insan Media

Menurut Chriswanto, wajah media sosial akhir-akhir ini tidak lagi mencerminkan karakter bangsa Indonesia yang menghargai perbedaan, toleran, tenggang rasa dan tepo seliro serta gotong-royong. 

Seharusnya semua pihak terutama para politisi dan para buzzer yang berafiliasi dengan kepentingan tertentu, menyadari kebangsaan Indonesia tidak bersifat natural atau alamiah.“Nasionalisme bangsa Indonesia bukan seperti nasionalisme Jerman ataupun bangsa-bangsa Skandinavia yang disatukan oleh kesamaan bahasa dan suku. Indonesia menyatu karena perasaan senasib sebagai bangsa yang dijajah, ditindas dan dihina,” jelas Alumni ITS Surabaya itu. 

Suku-suku bangsa di Nusantara yang kini membangun Indonesia, memiliki perbedaan dan keragaman yang apabila diusik rentan menciptakan disintegrasi bangsa.

Chriswanto menukil pesan Bung Karno, bahwa bangsa Indonesia membutuhkan Nation Building, sebuah proses panjang yang harus dipelihara, dirawat, dirangsang, dibimbing dan diemong, “Namun, dalam 10 tahun terakhir, kepribadian bangsa Indonesia mendapat ancaman serius dari media sosial. Penggunaan media sosial yang tidak bijak semakin menghilangkan karakter bangsa yang berjiwa gotong royong itu,”imbuhnya. 

Dalam kasus buzzer, lanjut pria berkacamata itu, mereka memainkan berbagai isu agar daya nalar kritis masyarakat menjadi tumpul. Sementara mereka yang bergerak atas nama ideologi, terus-menerus membombardir ruang publik dalam media sosial dengan kebenaran yang tunggal seakan tidak ada ruang bagi ideologi yang lain.Jadi, tidak mengherankan ujaran kebencian bahkan yang menyerang SARA menjadi pemandangan yang rutin dalam media sosial. 

Sementara, kelompok masyarakat yang kritis-konstruktif, aspiratif dan mengedukasi mulai terpinggirkan. Semuanya atas nama kemerdekaan berpendapat dan bersuara yang melalaikan hak asasi publik untuk mendapatkan sesuatu yang positif dalam media sosial. Inilah yang menjadi tantangan disintegrasi bangsa yang harus diwaspadai seluruh rakyat Indonesia. 

Lebih lanjut pria yang tinggal di Surabaya itu menambahkan disintegrasi bangsa Indonesia pada masa lalu dipicu oleh ketidakpuasan dan perasaan terpinggirkan. Sehingga pada awal kemerdekaan Indonesia, terjadi pemberontakan di beberapa wilayah, “Kini ancaman disintegrasi dipicu oleh serangan terhadap hal yang paling sensitif yakni SARA, yang memicu pula rasa terpinggirkan dan ketidakadilan,” tegasnya

Baca Juga : Kapolresta Banyuwangi Minta Pers Tingkatkan Satu Digit Lebih ke Atas dalam Menuntaskan Covid-19

Sementara H Astro Junaidi, Ketua DPD LDII kabupaten Banyuwangi mengatakan, agar masyarakat tidak mudah membagikan atau sharing berita / informasi yang potensial merusak kerukunan, persatuan dan kesatuan bangsa. “Dalam media sosial cek ricek sangat lemah, apalagi dengan mayoritas penduduk Indonesia adalah umat Islam. Dimana  dalam Al Quran diajarkan supaya berita itu di-tabayun atau dicek lagi kebenarannya,” jelas mantan Guru SD Tersebut.

Pria asal Jember itu menuturkan apabila cek dan ricek telah dilakukan, pertimbangan lain yang dibutuhkan adalah memikirkan kembali, manfaat dari penyebaran informasi tersebut, “Manfaat dan mudarat sebelum sharing informasi harus dilakukan meskipun mengetahui informasi tersebut adalah benar,” ujarnya. 

Menurut dia yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat adalah sikap ingin menjadi orang pertama yang tahu atau ingin jadi yang paling awal menyebarkan informasi dengan tanpa mempertimbangkan baik-buruknya jika informasi itu tersebar bukanlah sifat yang terpuji. Hal itu bisa memicu disintegrasi dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Selain itu, menanggapi pendengung atau buzzer sebaiknya diabaikan, "Pendengung yang dengungannya diabaikan, nanti diam sendiri," imbuhnya.

 


Topik

Serba Serbi



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Nurhadi Joyo

Editor

A Yahya