free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Dentuman Terjadi di Beberapa Daerah Indonesia Awal 2021, Kenali Penyebab dan Dampaknya

Penulis : Desi Kris - Editor : Yunan Helmy

08 - Feb - 2021, 15:30

Placeholder
Ilustrasi (Foto: Kompas.com)

INDONESIATIMES - Dentuman diketahui terjadi di beberapa daerah di Indonesia pada awal tahun 2021 ini. Lantas apa sebenarnya penyebab dan dampak terjadinya dentuman?  

Berikut rangkumannya dilansir melalui laman lapan.go.id. Diketahui, Tim Reaksi Analisis Kebencanaan (Treak) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyampaikan siaran pers melalui laman resminya pada Minggu (7/2/2021).  

Baca Juga : Kaderisasi, GMNI Tulungagung Kupas Banjir

Dalam siaran pers tersebut, Lapanmemberikan penjelasan terkait peritiwa yang terjadi belakangan ini. Disampaikan, selain karena adanya benda ilmiah yang masuk atmosfer, fenomena dentuman tersebut bisa juga muncul akibat adanya lapisan inversi di atmosfer.  

Apa itu lapisan inversi?  

Lapisan inversi merupakan lapisan atmosfer yang hangat berada di atas lapisan atmosfer yang dingin. Pada kondisi normal, suhu atmosfer turun bersama ketinggian, sehingga lapisan atmosfer yang dingin berada di atas lapisan atmosfer yang hangat. Namun pada lapisan inversi terjadi sebaliknya. Lapisan atmosfer yang hangat berada di atas lapisan atmosfer yang dingin. Karena itu, disebut inversi (terbalik).  

Lalu bagaimana proses terjadi lapisan inversi?

Lapisan inversi terjadi pada malam dan dini hari. Hal itu karena udara di dekat permukaan mendingin (pendinginan radiatif). Sementara udara di atasnya tetap hangat.  

Lapisan inversi juga bisa terjadi karena aliran udara hangat/dingin (adveksi) dan bertemunya udara hangat/dingin (front). Lapisan inversi merupakan sesuatu yang biasa dan normal terjadi dalam dinamika atmosfer.    

Inversi dapat terjadi di dekat permukaan hingga lapisan batas sampai dengan 5 km, bahkan terjadi pada ketinggian sekitar 17 km (tropopause), dan luasnya bervariasi dari skala lokal hingga regional.  

Lantas apa dampak terjadinya inversi?  

Lapisan inversi menahan pengangkatan udara ke atas (konveksi) sehingga dapat mengakibatkan terkumpulnya energi di dekat permukaan dan dilepaskan dalam bentuk thunderstorm yang kuat. Lapisan ini juga bisa menyebabkan cuaca yang berkabut dan menahan polutan berada di dekat permukaan. Selain itu, dapat menyebabkan suara dipantulkan atau dibelokan sampai ke tempat yang lebih jauh.  

Keberadaan lapisan inversi ini juga perlu dibuktikan dengan data. Misalnya dari pengukuran radiosonde (alat pengukur profil vertikal atmosfer yang diterbangkan balon) atau alat lainnya. Energi suara yang merambat akan mengalami pelemahan yang cepat bersama jarak. Apalagi jika mengalami pemantulan. Sebagian besar energi akan diserap atau diteruskan. Untuk memecahkan kaca, ehdiperlukan energi suara yang cukup kuat, shock, blast, atau proses resonansi dengan frekuensi yang tepat. 

Seperti diketahui, di Indonesia sendiri setidaknya terdapat 6 wilayah yang mengalami peristiwa dentuman. Dentuman itu juga terdengar selang hari dari dentuman sebelumnya. Berikut 6 wilayah di Indonesia yang mendengar suara dentuman sampai berkali-kali di awal tahun 2021. 

1. Bali

Dentuman di Bali terdengar pada Minggu (24/1/2021) sekitar pukul 10.27 WITA. Suara itu pun langsung membuat warga panik dan berhamburan keluar rumah.  

Terkait hal ini Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) telah membuat rilis pada Senin (25/1/2021) dan mengatakan bahwa suara dentuman itu berasal dari meteor jatuh.  

“Berdasarkan informasi tersebut, memang ada kemungkinan bahwa kejadian tersebut merupakan kejadian benda jatuh antariksa,” sebut rilis itu dilansir melalui laman Lapan.go.id.  

Bahkan sensor gempa di Stasiun BMKG Singaraja mendeteksi adanya anomali getaran selama sekitar 20 detik mulai pukul 10.27 WITA. Getaran itu memiliki intensitas sekitar 1,1 magnitudo.  

Meteor berukuran besar atau dikenal sebagai bolide atau fireball bisa jadi masuk ke atmosfer, terbakar, dan jatuh di dekat Buleleng, Bali. Dalam prosesnya, meteor itu bisa memicu gelombang kejut hingga suara dentuman yang bahkan terdeteksi oleh sensor gempa.

2. Majene

Dentuman di Majene, Sulawesi Barat, terdengar pada Selasa (26/1/2021). Dentuman itu terdengar tepatnya di Desa Maliaya, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.  

Dentuman diduga berasal dari dasar laut. Disampaikan oleh Kepala Desa Maliaya Masri, suara dentuman tersebut terdengar oleh warga sebanyak dua kali, yakni pada pukul 09.00 WITA dan pukul 18.00 WITA.  

Sementara Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Majene Agus melalui rilisnya meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpancing dengan isu yang beredar.  Hasil monitoring Pusat Gempa Regional (PGR) IV Makassar menunjukkan tidak ada data rekaman seismik yang mencatat adanya gempa di wilayah tersebut.  

3. Lampung

Wilayah selanjutnya yang juga mendengar suara dentuman adalah Tanggamus, Lampung Utara, dan Pringsewu. Suara dentuman itu terdengar pada Kamis (28/1/2021) pukul 22.00 WIB.

Terkait peristiwa ini, BMKG Provinsi Lampung memberikan keterangan melalui akun Instagram @infobmkglampung. Dalam keterangannya, BMKG Lampung mengatakan suara dentuman itu bukan disebabkan  aktivitas gempa bumi.

Baca Juga : Gubernur Khofifah Minta Bupati Trenggalek Maksimalkan Penanganan Covid-19

"Terkait suara dentuman dan getaran di wilayah Tanggamus, Lampung Utara, Pringsewu bahwa jam 10-an tadi, alat kami tidak mencatat adanya gempa bumi di wilayah Lampung maupun awan-awan hujan di sekitar lokasi tersebut," begitu bunyi keterangan BMKG.  

Sementara, aksi yang mendengar dentuman itu mengatakan  suara mirip seperti petir.  

4. Surabaya

Surabaya, Jawa Timur, juga mendengar suara dentuman sebanyak 3 kali pada Sabtu (30/1/2021). Suara dentuman itu terdengar di wilayah utara hingga pusat kota.  

Suara dentuman juga terdengar hingga wilayah Wonokromo. Terkait suara dentuman itu, Kabag Ops Polres Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Kompol Eko Nur Wahyudion menyampaikan informasi.

Eko mengatakan suara itu berasal dari acara penerimaan taruna-taruni AL. "Itu suara dentuman tradisi tahunan penyambutan penerimaan taruna-taruni AAL," jelas Eko.

Lebih lanjut, Eko menjelaskan mengapa suara itu terdengar begitu keras hingga sempat membuat warga panik. "Karena sekarang lagi pandemi covid-19, jalanan sepi, semuanya sepi. Makanya sampai terdengar hingga radius cukup jauh. Kalau sebelum pandemi, banyak yang lalu lalang, suara dentuman tidak begitu keras terdengar," tambahnya.

5. Sukabumi

Warga Sukabumi juga dikejutkan dengan suara dentuman pada Sabtu (30/1/2021) sekitar pukul 19.00 WIB. Warga merasakan dua kali getaran sebelum akhirnya muncur suara gemuruh dan dentuman.  

Disampaikan Kepala Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG Daryono, pihaknya menangkap tanda terkait fenomena tersebut. Bahkan beberapa sensor seismik BMKG menunjukkan adanya anomali seismik saat bunyi dentuman.  "Hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya anomali gelombang seismik saat warga melaporkan suara gemuruh yang disertai bunyi dentuman," ujar Daryono.

6. Malang

Terbaru, suara dentuman terjadi di Malang, Jawa Timur, pada Rabu (3/2/2021) dini hari. Tak hanya sekali, suara dentuman itu bahkan terdengar berkali-kali.  

Dentuman terdengar sekitar pukul 00.00 WIB dan berlanjut sampai pukul 02.00 WIB. Walhasil hal itu membuat warga Malang panik.  

Suara dentuman itu menyerupai kilat petir. Bahkan, peristiwa sampai menjadi viral di media sosial.  

Beberapa warganet menduga juga dentuman itu berasal dari Gunung Arjuna dan Welirang. Namun ada juga yang menyebutnya dari Gunung Semeru dan Gunung Raung di Banyuwangi.

BMKG Karangkates Malang menegaskan  tidak ada gempa bumi saat terjadi dentuman.   "Memang dentuman itu cukup didengar di wilayah Malang Raya. Namun dari sensor kami tidak ada satu pun anomali atau gempa bumi yang tercatat semalaman. Artinya tidak ada gempa bumi disaat dentuman-dentuman itu," ujar Kepala Statisun Geofisika BMKG Karangkates Malang Mamuri.

Terakhir, dentuman itu disebut-sebut karena thunderstrom atau badai petir. Di beberapa kawasan sekitar Malang saat itu terjadi badai petir yang menimbulkan suara dentuman.

 

 


Topik

Peristiwa



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Desi Kris

Editor

Yunan Helmy