free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Ekonomi

Harga Kedelai Melambung, Pengusaha di Tulungagung Limbung

Penulis : Joko Pramono - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

06 - Jan - 2021, 01:03

Placeholder
Seorang Pekerja saat memasukan kedelai yang akan dijadikan tempe (ist)

Sejumlah pengusaha makanan berbahan dasar kedelai resah. Pasalnya sejak 2 bulan lalu terjadi kenaikan harga kedelai impor hingga hampir 50 persen.

Meski harga kedelai terus merangkak naik, mereka tak punya pilihan untuk terus melakukan produksi, lantaran mereka bergantung pada kedelai pada proses produksinya.

Baca Juga : Karena Covid-19, Angka Kemiskinan di Kota Malang Meningkat di Tahun 2020

Mereka memilih untuk bersabar, sembari harga kedelai kembali normal seperti sedia kala.

Supriyanto misalnya, pengusaha keripik tempe di Desa Sanggrahan Kecamatan Boyolangu ini terus bertahan meski keuntungan yang diperoleh semakin sedikit.

Harga kedelai mulai naik pasca pemilihan presiden Amerika pada November tahun lalu.

Harga normal kedelai yang biasanya dikisaran 7 ribu perkilo, kini mencapai Rp 9.700 per kilo. Kenaikan harga ini diperkirakan masih akan terus terjadi.  

Diakui, selama ini Indonesia bergantung pada kedelai impor untuk pemenuhan kebutuhan kedelai dalam negeri.

“Kita belum melihat tanda-tanda harga kedelai impor turun, diperkirakan hargannya masih akan naik lagi, “ ujarnya.

Dalam sehari Supriyanto rata- rata mengolah 50 kilogram kedelai untuk dijadikan keripik tempe. Sejak harga kedelai impor naik, Supriyanto tidak mempunyai pilihan lain selain tetap berproduksi setiap hari.  

Pria 38 tahun ini tak berani menaikan harga jual keripik tempenya. Dirinya takut akan ditinggal pembeli jika menaikkan harga jual keripik buatannya.

“Saya khawatir jika ikut menaikkan harga keripik tempe akan ditinggal konsumen, karena harganya saingan dengan produsen lain juga,” tuturnya.

Meskipun harganya naik, namun ketersediaan kedelai impor di pasar masih cukup banyak.  

Namun Supriyanto tak mampu lagi bertahan jika harga jual kedelai menembus 10 ribu perkilo.

Jika kondisi semakin berlanjut, untuk menyiasati hal itu, pihaknya berencana menaikan harga keripik buatannya, seribu rupiah perkilo.

Selain harga kedelai, minyak goreng juga menjadi bahan pertimbangan untuk menaikan harga keripik buatannya.

Baca Juga : Inilah Daftar Lengkap Lokasi 16 Toko Modern di Tulungagung yang akan Ditutup

“Saat ini keduanya sedang naik, tapi kita masih bisa bertahan harganya, jika kedelai dan minyak goreng naik lagi tentunya kami harus segera menyesuaikan,” pungkasnya.

Saat ini harga keripik tempe berkisar Rp 35 ribu per kilogram. Namun untuk menaikkan harga ini pihaknya masih akan melihat situasi dan kondisi terlebih dahulu.

Sementara itu Kabid Perdagangan pada Dinas Perdagangan Kabupaten Tulungagung, Didik Sulaksono mengakui adanya kenaikan harga kedelai di pasaran.

Kenaikan tak hanya pada kedelai impor, namun juga pada kedelai lokal yang naik hingga 2.500 rupiah perkilo, dari 10 ribu perkilo menjadi 12.500 per kilo.

Meski mengalami kenaikan, dirinya mengelak jika terjadi kelangkaan kedelai. Stok di pasaran juga dipastikan aman.

“Di Tulungagung masih kondusif, produsen tahu dan tempe enggak ada masalah,” kata Didik.

Disinggung faktor yang mengakibatkan kenaikan harga kedelai, Didik jelaskan ada beberapa faktor kenaikan harga kedelai.

Mulai dari produksi kedelai yang menurun dan permintaan yang tinggi.

“Adanya permintaan (tinggi) dan produksi yang menurun,” pungkasnya.

 


Topik

Ekonomi



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Joko Pramono

Editor

Sri Kurnia Mahiruni