Proyek pembangunan jembatan bambu yang menelan biaya Rp 200 juta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kab Ponorogo tahun 2020 viral. Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas PUPKP (Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman) Kabupaten Ponorogo, Jamus Kunto Purnomo memberikan penjelasan.
Keterangan resminya diunggah melalui Instagram Pemkab Ponorogo @ponorogokap. Purnomo menyebut, faktanya bukanlah seperti berita yang viral. Jembatan sesek atau jembatan bambu itu adalah buatan warga dari 2 desa, yakni Desa Bulak dan Desa Pandak, Kecamatan Balong.
Baca Juga : Nekat Gelar Perayaan Tahun Baru di Kota Malang, Izin Hotel Bisa Dicabut
"Jembatan sasaknya dibuat oleh warga posisinya di atas pondasi atau landhoop dari proyek rehab jembatan yang kita (Pemkab Ponorogo) bangun," kata Jamus.
Jembatan penghubung dua Desa Bulak-Pandak yang baru berbentuk pondasi tersebut, kata Jamus adalah permintaan masyarakat yang diajukan ke Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Ponorogo. Namun dalam perhitungan BPUPKI, untuk jembatan dengan panjang yang Bentang 10-11 m dan lebar 3 m dibutuhkan dana 500 juta sampai 600 juta.
“Pada 2020 ini dana yang tersedia hanya Rp 200 juta. Dana sebesar itu bisa diwujudkan sebagai landhoop saja, kemudian hal tersebut ditawarkan ke masyarakat dan mereka bersedia maka dibangunlah pondasi itu dan jadi struktur utama akan dilanjutkan di 2021 nanti,” terang Jamus.
"Begitu landhoop selesai, warga berinisiatif membuat jembatan sasak di atasnya. Ini agar mereka tak perlu memutar jauh untuk menuju desa sebelah," tambahnya.
Baca Juga : 200 Majalah Musik Koleksi MMI Berhasil Didigitalisasi
Hal itu juga dibenarkan Kepala Desa Bulak, Arini. Dia menyebut, warga sangat membutuhkan jembatan yang berada di jalan poros Desa Bulak ini. Apalagi jembatan tersebut menghubungkan Desa Bulak dengan Desa Pandak.
Arini juga membenarkan pembangunan jembatan penghubung Desa Bulak-Pandak tersebut adalah aspirasi warga yang ingin jembatan yang semula rendah dan sempit bisa menjadi lebih tinggi dan lebar.