Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Hiburan, Seni dan Budaya

Tradisi Menarik, Kembul Doa di Pucanglaban Tulungagung, Sedekah Bumi saat Memasuki Musim Tanam

Penulis : Anang Basso - Editor : A Yahya

13 - Nov - 2020, 21:10

Placeholder
Lempengan Batu Lesung dan Upacara Sedekah Bumi / Foto : Aan Maghfiroh / Tulungagung TIMES

Ada tradisi menarik dan masih bertahan turun temurun di wilayah ujung Kota Marmer yakni wilayah Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung. Tradisi itu bernama kembul doa dalam memulai musim tanam yang dilaksanakan rutin tiap tahun.

"Tradisi kembul doa yang dilakukan masyarakat Pucanglaban di Punden Trojiwo yang menjadi agenda tahunan rutin memasuki musim tanam dan tabur benih,"  kata tokoh pemuda setempat, Aan Maghfiroh, Jumat (13/11/2020).

Baca Juga : Film Pejuang Kampung, Adu Akting Pemuda-Pemudi Karang Taruna Kota Kediri

Kepala desa Pucanglaban, Maduki saat dikonfirmasi mengatakan tradisi ini ada semenjak desa Pucanglaban lahir dan terjaga sampai sekarang. "Ini adat sebagai tradisi, dari dulu sudah dilestarikan dan saya harap pemerintah Kabupaten mendukung," kata Maduki.

Karena desa Pucanglaban direncanakan akan menjadi Desa Wisata, ke depan akan dikembangkan terus fasilitas Pendukungnya. "Nanti kita kembangkan dengan fasilitasnya karena ini program kerja desa," tambahnya.

Tujuan diselenggarakan ini menurut Maduki untuk melestarikan kaum petani supaya tidak terhambat atau gagal panen. Tradisi ini sebagai bentuk permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar di saat memulai hingga memanen hasil bumi menjadi berkah, tumbuh subur, dan semua masyarakat desa Pucanglaban diberi keselamatan.

Padepokan Mbah Trojiwo menurut juru kuncinya, mbah Tumijan atau Mbah Aping (57) merupakan petilasan maupun peninggalannya yang berupa lesung dan lempengan-lempengan batu kuno masih tetap ada.

Mbah Aping menambahkan, dalam kegiatan ritual upacara disebutkan untuk melestarikan budaya adat Jawa, sekaligus memberi penghormatan pada semua leluhur pendiri desa dengan cara melakukan doa bersama-sama para Ulama, Umaroh, Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat beserta masyarakat desa. Kegiatan ini merupakan bentuk sedekah bumi yang juga sering dilakukan oleh kebanyakan masyarakat adat pada umumnya. 

“Kami bersama-sama berdoa untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa memohon kelimpahan rizki dan ketentraman masyarakat Desa Pucanglaban bisa ayem dan aman," kata mbah Aping.  

Baca Juga : Film Dokumenter Shawn Mendes Bakal Tayang 23 November di Netflix

Di depan petilasan menurut Aping terdapat batu mirip lesung dan di depan petilasan berdiri pohon Tileng yang tinggi dan besar yang umurnya di perkirakan sudah ratusan tahun. 

“Trojiwo ini dari Mataram dan setelah terdesak Belanda minggir ke timur hingga masuk ke desa Pucanglaban. Sedangkan pohon Tileng sudah ada dan dijadikan tempat pertapaan untuk tempat bertapanya,” kata Mbah Aping yang mengaku sebagai mantan pelawak.

Di tempat ini, masyarakat menggelar acara jaranan sentherewe dengan tujuan ritual upacara adat setiap tahunnya pada awal masyarakat melakukan awal bercocok tanam. 


Topik

Hiburan, Seni dan Budaya



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anang Basso

Editor

A Yahya