Setiap tahun pada tanggal 28 Oktober selalu diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda oleh bangsa Indonesia. Pada tanggal tersebut, 92 tahun silam para pemuda-pemudi dari seluruh pelosok Nusantara berkumpul dan menyatakan sumpah untuk bertanah air satu (tanah air Indonesia), berbangsa satu (bangsa Indonesia), dan berbahasa satu (bahasa Indonesia).
Selain Sumpah Pemuda, masyarakat Indonesia sebelumnya juga mengenal Sumpah Palapa yang dicetuskan oleh Mahapatih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit. Berbicara tentang Majapahit tentu identik dengan Nusantara dan Mojokerto.
Baca Juga : Lalu Lintas Kota Malang Ramai Lancar, Hari Pertama Libur Panjang Belum Ada Tanda Kepadatan
Dewan Adat Majapahit di Mojokerto turut memperingati Hari Sumpah Pemuda dan Maulid Nabi dengan menggelar kegiatan Bakti Sosial (Baksos). Baksos yang dilaksanakan berupa kegiatan donor darah yang bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) serta pengobatan alternatif medis dan non medis secara gratis. Ada pula kegiatan keagamaan seperti mujahadah bersama.
Acara baksos yang berlokasi di Padepokan Eyang Macan Putih, Kota Mojokerto, tersebut dihadiri oleh 100-an orang. Termasuk para tokoh seniman budaya dari berbagai elemen masyarakat di Kabupaten dan Kota Mojokerto. Adapun tema yang diusung adalah memperingati hari Sumpah Pemuda dan menyambut Maulid Nabi di tahun 2020.
Menurut Yudi Indrawan Pimpinan Padepokan Eyang Macan Putih, bahwa masyarakat kita sedang resah sejak adanya pandemi, sehingga mengalami kesulitan finansial untuk biaya pengobatan.
“Tujuan dari kegiatan kita ini, pertama, dengan adanya donor darah kita dapat membantu menyehatkan tubuh kita, karena setetes darah kita bisa menyelamatkan satu nyawa. Kedua, kita juga menunjukkan bahwa Dewan Adat Majapahit masih eksis dan lebih menunjukkan gaungnya. Bahwa Dewan Adat peduli dengan masyarakat,” jelas tokoh yang akrab disapa Gus Yudi kepada mojokertotimes.com di Padepokan Eyang Macan Putih Mojokerto, Rabu (28/10/2020).
Beragam kesenian tradisional masih dilestarikan di Padepokan Eyang Macan Putih, di antaranya bantengan, reog, jaranan, campur sari.
Baca Juga : Makna Sumpah Pemuda Bagi Generasi Milenial di Kursi DPRD Kota Malang
Gus Yudi memaparkan, bahwa kadang-kadang dari masyarakat yang awam memandang, bahwasanya kesenian kuda lumping itu identik dengan ilmu hitam dan ilmu sesat. Hal ini diluruskan oleh GusYudi bahwa pandangan itu keliru, karena di padepokannya juga ada kegiatan mengaji.
“Harapannya ke depan, ini bisa menjadi contoh yang benar. Visi dan misi saya adalah turut mencerdaskan anak bangsa, termasuk generasi kita. Terus, kita juga paling tidak mengurangi kenakalan remaja,” pungkasnya.