Waduk di Desa Plabuhan, Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang mengering selama kemarau. Keringnya waduk tersebut dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk bercocok tanam.
Waduk seluas 34.000 meter persegi itu berada di wilayah perbukitan perhutani, di Desa Pelabuhan. Waduk atau embung tersebut mampu menampung debit air yang cukup besar di kala musim penghujan tiba.
Baca Juga : Api Membakar Tiga Rumah di Jombang hingga Rata dengan Tanah
Namun saat musim kemarau, air di waduk mengalami penyusutan hingga mengering. Sehingga, dasar waduk berupa tanah terlihat jelas ketika musim kemarau.
"Mulai surut sejak Agustus kemarin. Biasanya surut mulai Mei, karena kemarin musim hujan panjang jadi baru surut Agustus kemarin," terang Solikhan Nafudi (67), saat diwawancarai di lokasi waduk, Minggu (4/10).
Keringnya Waduk Plabuhan ini, dimanfaatkan oleh warga setempat untuk bercocok tanam. Warga menanami waduk dengan tanaman tembakau dan jagung. Tanaman tersebut dipilih karena tidak membutuhkan banyak air untuk merawatnya.
Salah satu yang memanfaatkan adalah Solikhan. Ia hampir sebulan ini menanam tembakau di lokasi tersebut. Hampir satu hektare lahan di waduk yang ia tanami jagung.
"Ini biasa kalau surut pasti dimanfaatkan warga untuk pertanian. Biasanya tembakau dan jagung," tandasnya.
Dikatakan Solikan, pemanfaatan waduk untuk pertanian itu sudah menjadi kesepakatan warga dengan Pemerintah Kabupaten Jombang. Kesepakatan itu sudah terjadi bertahun-tahun. Warga yang menggarap pertanian di waduk juga tidak dipungut biaya sewa.
Baca Juga : PT BSI Serahkan Bantuan Peralatan PCR dan Program Infrastruktur
Hanya saja, bila saat tanaman rusak akibat air yang tiba-tiba datang, maka pemerintah tidak bisa memberikan ganti rugi. "Sejak dulu memang diperbolehkan. Tapi ketikan tanaman nantinya tersapu air yang tiba-tiba datang, ya tidak ada ganti rugi. Tidak ada sewa, digratiskan," ucapnya.
Hal senada juga dikatakan warga setempat, Leo (27). Keringnya Waduk Plabuhan itu juga membawa dampak positif bagi warga yang tidak memiliki lahan pertanian. Warga bisa memanfaatkan sisi pinggir waduk untuk pertanian.
Namun, pemanfaatan waduk untuk pertanian hanya bisa dilakukan di satu kali musim tanam hingga panen. Sebab, sambung Leo, bila dilakukan dua kali tanam, pasti keburu musim penghujan tiba dan waduk kembali penuh.
"Sudah bertahun-tahun warga manfaatkan waduk untuk bertani. Biasanya ya hanya satu kali panen saja. Gak mungkin kalau sampai dua kali. Ya ini manfaat buat warga yang tak punya sawah," pungkasnya.(*)