Konflik di Laut Mediterania Timur antara Turki dan Yunani makin memanas. Bahkan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan siap berperang.
Konflik itu dipicu karena wilayah Laut Mediterania Timur kaya akan sumber energi. Hal tersebut semakin memicu hasrat Turki dalam pencarian sumber daya hidrokarbon di wilayah itu.
Baca Juga : Pandemi Belum Berakhir, Mahasiswa Unikama Tak Lelah Tunjukkan Kepedulian ke Warga Desa
Terhitung sejak 10 Agustus, operasi kapal penelitian Oruc Reis milik Turki dilancarkan ke parairan itu yang sebelumnya dijadwalkan akan rampung pada 1 September. Hingga Senin (31/28/2020) kemarin, Turki mengumumkan pihaknya akan melanjutkan misi eksplorasi hingga 12 September mendatang.
Tindakan Turki itu membuat negara tetangganya, Yunani, makin kepanasan. Sengketa batas wilayah di perairan yang sebagian besar terdapat pulau-pulau Yunani itu membuat keduanya saling mengklaim hak atas eksplorasi sumber daya hidrokarbon di wilayah perseteruan, terutama saat kapal Turki melakukan penelitian di dekat Pulau Kreta.
Buntut kebijakan Turki membuat Yunani mengajukan nota keberatan ke Uni Eropa, tempat negara keduanya bergabung. Lantaran wilayah tersebut diklaim sebagai wilayah perairan Yunani, blok gas yang dituju Turki dalam misi eksplorasinya disebut ilegal.
Dilaporkan dari US Geological Survey, Laut Mediterania Timur saat ini memiliki cadangan minyak sebesar 1,7 miliar barel dan gas sebanyak 3,5 triliun meter kubik.
Konflik makin sengit saat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberi kecaman dalam acara peringatan kemenangan Turki atas peperangannya yang berhasil menaklukkan pasukan Yunani tahun 1922 lalu. "Ketika telah tiba waktunya berperang, kami tidak akan ragu berkorban," tandas Erdogan dalam pidatonya yang dikutip dari AFP.
Dikabarkan hingga kini keduanya telah mengerahkan militernya masing-masing. Turki dengan angkatan lautnya dalam misi pemberian perlindungan atas operasi kapal penelitiannya yang disertai latihan tembak. Sementara Yunani dengan patroli jet tempur F-16 bersama militer Prancis berpatroli di kawasan yang sama.
Hal tersebut juga menyulut masuknya negara-negara lain yang juga ikut terlibat dalam perseteruan itu. Yakni campur tangan Italia, bahkan Amerika Serikat, yang turut andil dalam memberikan dukungan kepada Turki.
"Pertanyaannya adalah ketika mereka melawan kita di Mediterania, apakah mereka siap untuk melakukan pengorbanan yang sama? Kepada musuh kita, kita akan berkata, ayo! (perang)," tandas Erdogan.
Baca Juga : Hindari Penyebrang Jalan, Warga Wuluhan Tewas Hantam Truk Parkir
Kabar terbaru yang ditulis CNBC, pada Senin (31/8/2020), situasi kembali meruncing saat Yunani kembali mengirimkan militer ke Pulau Kastellorizo, yang memiliki jarak dua kilometer dari tempat pengeboran milik Turki.
Erdogan dalam pernyataan terbarunya makin geram dan tak akan menoleransi aksi pembajakan atau perampasan yang berpotensi dapat dilakukan oleh Yunani. "Tidak ada yang bisa membatasi Turki yang memiliki garis pantai terpanjang di Mediterania. Kami bertekad untuk membela hak maritim warga kami," tegas Erdogan.
Sebelumnya, pada hari Jumat, Turki juga telah menemukan sumber gas alam yang cukup besar, yakni 320 miliar meter kubik, di wilayah Laut Hitam. Penemuan tersebut merupakan penemuan gas alam terbesar yang tidak pernah ditemukan Turki sebelumnya. "Turki menyadari penemuan gas alam terbesar dalam sejarahnya di Laut Hitam," ucap Erdogan.
Dilaporkan Reuters pada 22/8/2020, menurut Erdogan, jika gas tersebut dapat diekstraksi secara komersial, akan dapat mengurangi ketergantungan Turki yang selama ini impor energi dari Rusia, Iran, dan Azerbaijan.
"Cadangan ini sebenarnya adalah bagian dari sumber daya alam yang jauh lebih besar. Insya Allah akan lebih banyak lagi yang datang," kata Erdogan dalam pidatonya.
Erdogan menyatakan bahwa Turki akan bertekad kuat untuk menjadi eksporter energi murni. "Tidak akan ada henti sampai kita menjadi eksporter bersih energi," tegasnya.