Meski banyak aplikasi perjodohan seperti michat, tantan dan lainnya, ternyata tidak serta merta menggusur jasa mak comblang atau di Tulungagung lebih dikenal dengan nama Dandan. Kata dandan sendiri jika ditilik dari istilah Tulungagungan bermakna membangun (ndandani).
"Saya rasa jasa dandan ini tidak bisa punah atau hilang. Pasalnya tidak semua orang percaya dengan dunia maya," kata Rio Saputra (45) seorang mak comblang yang berhasil ditemui media ini, Jumat (21/08 /2020).
Baca Juga : Pakai Baju Tradisional Tempoe Doeloe, KOSTI Sumenep Gelar Upacara Bendera
Dirinya mengakui, ada pola yang dipertahankan dan ada pola yang dirubah seiring perjalanan waktu.
"Misalnya, jika sudah saling bertemu maka keduanya dilarang berhubungan langsung tanpa dandan. Jadi tidak boleh saling tukar nomor handphone," tuturnya.
Sedangkan, pola yang dipertahankan diantaranya kedua calon yang akan dipertemukan dilihat dulu keseriusannya.
"Jika hanya iseng kita tahu dari nada bicaranya. Namun jika dia serius kita akan nasehati bahwa pernikahan itu bukan satu hal yang sederhana. Maka, jika takut tak usah dilanjutkan, namun jika dia mantap maka kita atur agenda bertemu," ungkapnya.
Selama ini tak terhitung, berapa puluh pasangan yang telah berhasil dibangun atas jasanya. Bahkan Rio memodifikasi pola jasa mak comblang ini dengan membuat group Facebook di media sosial dengan nama Biro Jodoh dan Kerjasama Area Tulungagung, Blitar dan Trenggalek (BJ & K).
"Kita buat jaringan, namun karena waktu dan kesibukan maka saya sering jalan sendiri," tuturnya.
Jika pakai Dandan ala pola lama terkesan ada pemaksaan, bagi Rio kini tidak zamannya lagi. Dirinya pun mengaku ikhlas menjadi mak comblang tanpa imbalan apapun.
"Jika dulu demi mahar atau upah jasa, seorang dandan sering memberi informasi yang tidak benar sekarang saya ubah dengan apa adanya," tambahnya.
Rio memberi contoh, misalkan seorang dengan kondisi biasa dilebih-lebihkan agar calon pasangannya tertarik. "Itu karena niatnya agar dapat mahar atau upah setelah dua calon naik pelaminan," kata Rio.
Meski tak berharap apapun, Rio mengaku sering justru dipaksa harus menerima imbalan jika pasangan yang dipertemukan berjodoh.
Baca Juga : 51 Tahun Tanpa Bayaran Tetap, Kisah Penjaga Makam Pahlawan di Malang Ini Bikin Trenyuh!
"Bagi saya lebih baik saya dapat saudara baru. Mereka yang saya dandani dan berjodoh adalah keluarga baru saya. Rasanya ada kepuasan di hati ini," ujarnya.
Diantara yang telah dijodohkan, menurut Rio, lebih banyak yang berstatus pernah gagal berumah tangga (duda dan janda). Namun, tak jarang yang berstatus jomblo juga minta jasanya untuk dicarikan pasangan.
"Bisa saja manusia merasa hebat, pintar dan lainnya. Namun, jika urusan sandang, pangan, jodoh dan kematian itu hanya Tuhan yang dapat mengatur. Kita manusia hanya berusaha membantu berikhtiar," pungkasnya.