Kasus ibu melahirkan sendiri tanpa bantuan tenaga medis di Rumah Sakit Pelengkap Medical Center (RS PMC) Jombang hingga bayinya meninggal dunia, mulai masuk tahap audit. Sayangnya, hasil Audit Maternal Perinatal (AMP) untuk mengungkap penyebab kematian bayi masih buram.
AMP digelar oleh tim gabungan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang dan organisasi profesi, seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Kegiatan tersebut digelar secara tertutup di ruang Soeroadiningrat II, Kantor Pemkab Jombang, Selasa (18/8) siang.
Baca Juga : Pelaku Teror Bupati Kediri Masih Misterius, Polisi Kantongi Ciri-Ciri
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Jombang dr Vidya Buana mengatakan, di dalam kegiatan AMP telah dibahas kasus kematian ibu (maternal) dan kasus kematian bayi (perinatal). Untuk kasus perinatal ini berkaitan dengan kasus yang dialami oleh bayi dari DR (27), warga Kecamatan Sumobito, Jombang, Selasa (4/8) lalu.
"AMP ini menganut azas no name, no blame, no shame, no pro yusticia. Serta ada proses pembelajaran. Jadi kita murni mengaudit berdasarkan kasus dan nantinya akan muncul sebuah rekomendasi," ujarnya.
Meski AMP sudah digelarnya, namun Vidya mengaku bahwa rekomendasi soal kasus ibu melahirkan sendiri tanpa bantuan tenaga medis RS PMC, hingga bayinya meninggal dunia belum ada rekomendasinya. Vidya beralasan bahwa masih ada yang belum dilengkapi hingga rekomendasi beluk bisa dikeluarkan.
"Belum bisa (rekomendasi kita sampaikan, red) karena masih ada yang perlu dilengkapi. Dari teman-teman tim tadi sepakat kalau ini belum bisa direkomendasikan. Kita tidak bisa sampaikan apa itu (kekurangan yang harus dilengkapi, red). Yang pasti nanti ditunggu saja rekomendasinya keluar seperti apa," kata Vidya.
Mengenai penyebab kematian bayi, Vidya enggan untuk menjawabnya. Ia hanya bisa menyampaikan bentuk rekomendasinya yang akan dibuatnya. Rekomendasi itu akan ditujukan kepada para tenaga medis, fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat.
"(Penyebab bayi meninggal, red) belum bisa kami sampaikan. Seperti yang kita sampaikan bahwa audit ini bersifat no name, no blame, no shame, no pro yusticia. Jadi kita tidak bisa sampaikan itu. Yang kita sampaikan nanti hanya hasil rekomendasi," terangnya.
Sedangkan, lanjut Vidya, hasil AMP tersebut akan diberikan bilamana pihak aparat penegak hukum di Jombang memintanya. "Kita akan membantu bila memang diminta oleh aparat. Tapi selama tidak, ya kegiatan AMP ini untuk pembelajaran," tandasnya.
Sementara, kasus DR yang melahirkan sendiri anaknya tanpa bantuan tenaga kesehatan RS PMC, hingga bayinya meninggal dunia sudah menjadi perhatian aparat penegak hukum di Jombang. Kasat Reskrim Polres Jombang AKP Cristian Kosasih menyampaikan, pihaknya mulai melakukan lidik soal kasus tersebut.
Namun, pihak kepolisian masih tetap harus menunggu hasil audit yang dilakukan oleh tim AMP kabupaten. Bilamana nanti ditemukan adanya unsur kesalahan kode etik profesi, maka pihaknya akan masuk.
Baca Juga : 198 Napi di Blitar Dapat Remisi, Satu Diantaranya Kasus Tipikor Langsung Bebas
"Kita sudah mulai lidik. Tapi kita tetap akan tunggu hasil dari Dinkes. Nanti kalau ada kesalahan inprosedural atau kesalahan kode etik profesi kedokteran atau bidan, kita akan masuk di situ," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, DR (27), warga Desa Gedangan, Kecamatan Sumobito, Jombang, memilih RS Pelengkap Medical Center (RS PMC) Jombang untuk persalinan anak ke duanya. Ia merasa ditelantarkan pihak rumah sakit karena tidak ada penanganan tim medis saat proses persalinan.
Istri BK (29) itu, masuk ke rumah sakit pada Selasa (4/8) pukul 01.30 WIB. Saat pertama masuk, DR diminta mejalani rapid test dan hasilnya reaktif. Karen itu, ia dipindahkan ke ruang Darusallam RS PMC. Hingga pada pukul 04.30 WIB, DR melahirkan anak ke duanya tanpa dibantu bidan atau dokter jaga saat itu.
Ibu DR yang mendampingi di ruang perawatan, mencoba memberitahu perawat dan petugas media lainnya. Namun, petugas medis di rumah sakit tak menggubrisnya.
Petugas medis baru datang setelah 30 menit bayi lahir. Hingga akhirnya, bayi yang baru dilahirkan DR itu dinyatakan meninggal dunia. Hal itu, lantas membuat kecewa DR dan keluarga karena merasa tidak ditangani atau ditelantarkan oleh pihak rumah sakit.
"Yang saya kecewakan itu waktu di ruang Darusallam, ketika saya kesakitan perawat terus bilang nanti jam 9 (ditangani, red). Hingga akhirnya keluar bayinya itu pun tidak langsung dilihat, baru setengah jam setelah bayi lahir baru dilihat. Kalau menurut saya, waktu bayi lahir itu tidak nangis, kalau itu langsung ditangani, langsung dikasih oksigen, dikasih oksigen, dikasih penghangat ya ndak sampau kayak gitu (meninggal, red)," kata DR saat ditemui di kediamannya.(*)