Warga Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, mengeluh lantaran tak mendapatkan bantuan selama isolasi mandiri. Padahal, warga tersebut sebelumnya dinyatakan positif Covid-19 dan diminta untuk melakukan isolasi di rumahnya setelah menjalani perawatan di RSI Aisiyah.
Warga itu bernama Tineke Wulan Sari yang tinggal di Jalan Mayjend Sungkono Perum Puskopad blok A12, Buring. Tineke telah menjalani isolasi mandiri di rumah kontrakannya tersebut sejak selesai dirawat, dua minggu lalu. Dia melakukan isolasi mandiri bersama dengan suami dan seorang anaknya.
Baca Juga : Statusnya PDP, ASN Kota Batu Meninggal Dunia Sebelum Hasil Swab Keluar
"Saya dirawat di RSI Aisiyah satu minggu. Kata dokter gula darah saya tinggi, kemudian ada kompilasi jantung, paru-aru juga," katanya saat dihubungi MalangTIMES, Senin (3/8/2020).
Tineke menyampaikan, saat dirawat dia juga sempat melakukan tes swab selama dua kali. Hasil swab pertama yang dilakukan 20 Juli 2020 menunjukkan positif. Kemudian swab ulang dilakukan pada 21 Juli 2020 dan hasilnya keluar pada 23 Juli 2020 hasilnya adalah negatif.
Setelah menjalani swab dia meminta untuk diizinkan pulang. Kemudian oleh tim medis pun ia diperkenankan pulang.
Tak lama saat sudah berada di rumah, dia mendapatkan kabar jika ia dinyatakan positif Covid-19. Oleh pihak medis kemudian ia beserta keluarga diminta untuk isolasi mandiri dan tidak keluar rumah sampai hasil swab menunjukkan negatif.
"Tapi kalau saya positif, kenapa saat saya pulang diperbolehkan. Kan seharusnya ditakutkan bisa menulari," katanya.
Kini, sudah hampir dua minggu ia dan keluarganya menjalani isolasi mandiri. Namun yang membuatnya merasa sangat sedih, tak ada bantuan berupa sembako maupun obat-obatan dari Pemerintah Kota Malang sejak ia dinyatakan positif Covid-19.
Selain itu, tim medis juga tak melakukan pemeriksaan secara berkala kepadanya. Termasuk tidak memberikan obat-obatan. Namun hanya memantau kondisi melalui jaringan seluler.
"Kemarin dapat sembako dari babinsa, bantuan dari Polsek Kedungkandang, sama sayuran dari tetangga. Tapi sama sekali nggak ada bantuan dari pemerintah," terangnya.
Dia pun sangat menyayangkan kurang perhatian yang diberikan oleh pemerintah. Sehingga dia berharap agar Pemerintah Kota Malang memberikan perhatian lebih kepada pasien, terutama yang melakukan isolasi mandiri.
Baca Juga : Jam Malam Masih Berlaku, Pemilik Warung Hiburan dan Karaoke Sayangkan Sikap Disbudpar
Pasalnya, selama melakukan isolasi mandiri, ia dan suami yang menjadi tulang punggung keluarga sama sekali tak mendapat pemasukan. Karena sebelumnya, Tineke sendiri bekerja serabutan seperti mengirim rengginang ke toko-toko dan lain sebagainya.
Sedangkan sang suami merupakan guru honorer SD, dan anaknya masih duduk di bangku sekolah. Saat ini, dia merasa sangat kesulitan karena kebutuhan pokok dan obat-obatan sudah sangat menipis.
Sebelum mendapatkan bantuan dari tetangga, dia pun harus bertahan hidup dengan menghubungi beberapa rekannya untuk mendapatkan bantuan sembako. Dia juga sudah berusaha menghubungi wakil rakyat yang duduk di DPRD Kota Malang dan berasal dari Dapil Kedungkandang. Namun sampai saat ini hasilnya masih nihil.
"Kalau nggak ada bantuan seperti ini, saya bisa saja meninggal bukan karena covid-19, tapi karena kelaparan," keluhnya.
Saat ini kondisinya sudah cukup membaik. Dia beserta keluarganya juga tak menjalankan aktivitas di luar rumah seperti yang dianjurkan tim medis. Namun dia masih belum mengetahui sampai kapan dia harus melakukan isolasi mandiri. Karena belum ada lagi pemberitahuan dari tim medis.
"Saya sangat berharap untuk bisa ada bantuan. Saya punya kompilasi, kalau harus makan telur terus menerus saya juga takut kolesterol," imbuhnya.