free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Ekonomi

Angkringan Yogyakarta di Fase New Normal, Begini Kondisi dan Keunikannya

Penulis : Arif Wijaya - Editor : Dede Nana

03 - Aug - 2020, 02:12

Placeholder
Angkringan di sekitar Stadion Mandala Krida Yogyakarta

Mendengar kata angkringan, tentu sangat akrab di telinga para pembaca khususnya orang jawa. Warung makan yang berjualan sego kucing (nasi bungkus kecil) yang biasanya dapat dijumpai di pinggir-pinggir jalan di Yogyakarta dan Jawa Tengah, bahkan menjadi salah satu ikon kota.

Tapi, melandanya pandemi Covid-19, telah membuat nasib angkringan sama persis dengan para penjual kuliner lainnya. Walau begitu, para pedagang angkringan tetap berusaha bertahan. 

Baca Juga : Crazy Rich Asal Malang Juragan 99 dan MS Glow Bagikan Daging Kurban di 4 Daerah

“Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meski sepi pembeli, angkringan tetap buka,” ucap Pak Jenggot, penjual di sekitar stadion Mandala Krida.

Dirinya melanjutkan, rata-rata waktu operasinya pukul 07.00 WIB. "Kalau malam tidak tentu, bisa tutup sebelum pukul 9 malam. Bahkan ya ada yang bukanya setelah habis magrib namun tutup subuh. Setiap tempat berbeda-beda tergantung minat pembeli,” terangnya.

Kini, memasuki fase transisi New Normal, lanjut pak Jenggot, angkringan lumayan ramai pembeli lagi. “Meskipun banyak yang hanya lewat, akan tetapi kita berharap jangan sampai sejenis angkringan ini dilarang atau dibatasi,” ujarnya. 

Lantas apakah yang membuat angkringan tetap bertahan di masa pandemi dan transisi New Normal ini?

Sesuai maknanya, angkringan berasal dari bahasa jawa “angkring”, yang berarti duduk santai sembari melipat kaki ke bawah kursi ditemani senthir atau lampu plentong berwarna kuning. Angkringan atau warung makan berbahan dasar gerobak kayu yang khas ditutupi kain terpal plastik berwarna biru dan orange.

Ciri khas angkringan yang santai dengan atmosfer kekeluargaan inilah yang membuat angkringan bertahan. Tak hanya itu makanan dan minuman yang disajikan para pedagang angkringan juga bervariasi dan tentunya dengan harga rakyat.

Nasi kucing yang dibungkus dengan daun pisang berisi sambal atau sayur tempe, menu andalan angkringan, dipatok seharga Rp1.500. Selain itu, ada juga menu jenis gorengan Rp.500, sate usus Rp1.500, sate keong Rp1.500-an, dan berbagai makanan lainnya yang terbaru.

Untuk minuman yang dijual di angkringan pun beraneka ragam. Mulai dari teh panas/dingin, jeruk, wedang jahe, kopi hitam dan instan serta nutrisari ataupun minuman rasa buah. Minuman dapat di mix (campur) seperti misalnya jasu yaitu jahe susu, dan kopasus yaitu kopi anget dengan susu.

Baca Juga : Keren, UMKM Virtual Expo 2020 Kediri Masuk Rekor MURI

Menurut salah satu pembeli, untuk sekali duduk bisa menghabiskan 2-4 bungkus nasi kucing, 4 gorengan atau sate usus ditambah wedang jahe dengan total harga Rp10.000.

 

 

 

 


Topik

Ekonomi



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Arif Wijaya

Editor

Dede Nana