Dinas Sosial dan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsos-P3AP2KB) benar-benar menyeleksi penerima bantuan sosial (bansos) bagi masyarakat terdampak Covid-19. Bahkan dalam pendataan tersebut ditemukan double data sehingga petugas harus bermalam untuk menemukan data tersebut.
Pengorbanan Dinsos-P3AP2KB bagi masyarakat terdampak Covid-19 sangatlah besar. Ya, karena dalam kejadian luar biasa ini terdapat double data penerima bansos sehingga awalnya penyalurannya kurang maksimal.
Baca Juga : Kisruh Pemdes Selorejo dengan Petani Jeruk, Berikut Penjelasan Reskrim Polres Malang
Namun karena upaya Dinsos-P3AP2KB yang sangat keras untuk membela masyarakat agar yang berhak menerima bansos dapat merata sehingga mencari data dengan bermalam pun juga dilakukan.
"Kasihan sebenarnya petugas kami yang mendata, mereka dan kami pun juga bermalam untuk menyesuaikan data agar tidak double lagi," ujar Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin Dinsos-P3AP2KB, Juwita.
Selain double data, Dinsos-P3AP2KB juga menyebut ada kendala tersendiri dari masyarakat Kota Malang yakni perpindahan rumah penerima bansos. Hal itu membuat Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos) di kelurahan harus mendatangi ke lapangan untuk melakukan pendataan ulang.
"Jadi ada kejadian itu masyarakat yang awal pendataan itu di suatu tempat, lalu mereka pindah ke kelurahan lain. Nah dari situ kami terus melakukan pendataan ulang agar tidak terjadi double data," ungkap Juwita.
Baca Juga : Demi Garangan, Istri dan Anak Kabur dari Rumah, Suami Berharap Kembali
Di sisi lain, permasalahan seperti KTP yang masih lama juga menjadi kendala yang saat ini dialami Dinsos-P3AP2KB. "Kendalanya itu jika KTP nya masih lama, belum E-KTP, itu susah dideteksi dan sekarang memang harus E-KTP. Sebenarnya kasihan mereka, karena kan mereka sudah berharap, tapi tetap kami sikapi dengan membuat pernyataan bahwa belum sempat membuat dan segera akan membuat E-KTP mengetahui lurah setempat," kata Kepala Dinsos-P3AP2KB, Penni Indriani.
"Mereka kan pra sejahtera, jadi kasihan. Mungkin ya belum mengerti juga dan pikiran mereka mungkin ngurus E-KTP untuk apa, yang penting untuk hidup hari ini," imbuhnya mengakhiri.