Adanya beberapa Pondok Pesantren (Ponpes) menjadi cluster baru penyebaran Covid-19 pasca pengembalian santri, membuat Wakil Bupati Jember Drs. KH. A. Muqit Arief merasa perlu untuk terus melakukan sosialisasi kepada sejumlah santri yang akan kembali lagi ke pondok pesantren, agar tetap waspada dan selalu menjaga kesehatan dan menghindari kerumunan.
“Di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini, santri harus tetap menjaga kesehatan dan waspada serta tetap berhati-hati, jangan sampai kembali ke pondok pesantren, yang tujuannya menimba ilmu agama, justru menjadi penyebab bermunculannya cluster penyebaran wabah Covid-19, seperti di beberapa pesantren yang terpaksa harus ditutup karena menjadi cluster Covid-19,” ujar Wakil Bupati Jember Drs. KH. A. Muqit Arief saat melepas pemberangkatan santri asal Jember yang akan menuju Pondok Pesantren Annuqoyah Madura usai menjalani rapid test di Universitas Islam Jember.
Baca Juga : Belum Terbendung, Laju Kesembuhan Covid-19 Terus Meningkat Sepuluh Hari Berturut di Jatim
Wabup menjelaskan, memang tidak bisa dipungkiri lingkungan dan jiwa sosial di dalam pondok pesantren sulit untuk bisa dihindari, namun dengan selalu berhati-hati dan menerapkan protokol kesehatan maka penyebaran Covid-19 bisa diminimalisir.
“Santri harus terus menerapkan pola hidup bersih dan sehat, cuci tangan, jaga jarak, dan hindari kerumunan, Insya Allah dengan cara ini, kita sebagai santri bisa meminimalisir dan membantu pemerintah dalam penyebaran Covid-19,” ujar wabup yang juga pengasuh Pondok Pesantren Al Falah Silo Jember ini.
Pesan wabup itu dilatarbelakangi informasi yang diberikan Kementerian Agama Jember terkait adanya enam pondok pesantren di luar Jember yang harus ditutup karena menjadi klaster baru Covid-19.
Informasi tersebut harus menjadi perhatian semua pihak. Utamanya santri, jangan sampai ada pesantren mengalami hal yang sama. “Santri dan pengasuh jangan sampai abai, dan betul-betul serius menghadapi kondisi seperti ini,” tegasnya.
Ponpes adalah lembaga pendidikan agama. Jika sampai ada klaster baru, lanjut wabup, hal itu bukan hanya persoalan kesehatan. Tetapi, juga bisa menciderai nama-nama agama.
“Karena bisa saja orang berfikir bahwa pesantren tidak memiliki konsep yang jelas tentang kesehatan dan kebersihan. Padahal tidak seperti itu. Hanya implementasi dari ajaran-ajaran agama yang perlu ditingkatkan,” ujar wabup.
Baca Juga : Usai Tunangan, Keluarga Mempelai Terconfirm Covid-19, 50 Warga Di-rapid Test
Selain itu, wabup berpesan agar santri sudah menanamkan cita-cita, bahwa mencari ilmu hingga jauh jangan hanya untuk kepentingan pribadi. Tetapi, betul-betul niat mencari ilmu pengetahuan yang pada suatu saat nanti diamalkan untuk kepentingan agama, bangsa, dan negara.
Sebagai informasi, sampai saat ini, jumlah santri Jember yang telah menjalani rapid test gratis dan mendapatkan fasilitas transpostasi dari Pemerintah Kabupaten Jember sebanyak 35.349 orang yang berasal dari 391 pondok pesantren yang tersebar di berbagai daerah. (*)