Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mengungkapkan kekesalannya di hadapan para menteri. Hal itu lantaran Jokowi kesal dengan kinerja jajarannya yang dianggap tak maksimal di tengah pandemi covid-19 saat ini.
Terkait aksi kekesalan Jokowi itu, pakar gestur pun turut menyorotinya. Pakar gestur Handoko Gani menyebut Jokowi dianggap mengeluarkan kenyinyirannya saat mengkritik kinerja para menteri.
Baca Juga : Saat Demokrat Tanyakan Langsung soal Reshuffle Kabinet ke Presiden Jokowi
"Level sindiran Jokowi secara umum di sini lebih rendah. Level C ya. Nggak semeluap-luap video sebelumnya," ujar Handoko Gani.
Diketahui, Handoko merupakan satu-satunya trainer interview dan analisis perilaku dari latar belakang sipil yang memiliki otorisasi penggunaan alat layered voice analysis (LVA).
Yang lebih menarik, Handoko mengatakan ada sejumlah emosi yang terlihat di gestur sang presiden. Bahkan, dikatakan Handoko, ada muatan kenyinyiran di senyuman Jokowi.
"Nuansa emosi ada nyinyir dan marah, tergantung konteks kinerja yang biasa saja atau konteks anggaran. Senyum nyinyir tentang 'belanja biasa-biasa saja," jelas Handoko.
Kenyinyiran itu juga terlihat saat Jokowi bicara mengenai para menteri yang lebih tahu daripada dirinya.
Di sisi lain, Handoko juga menyoroti ancaman Jokowi terkait reshuffle kabinet. "Isu reshuffle masih ada walau Pak Pratikno berusaha membicarakannya secara adem," unggap Handoko.
Baca Juga : Jika Reshuffle Benar Terjadi, Pengamat Sebut Jokowi akan Terapkan Cara Geser dan Gusur
Diketahui, pada Selasa (7/7/2020) Jokowi bersama para menteri menggelar rapat terbatas untuk membahas percepatan penyerapan anggaran. Dalam rapat itu Jokowi kembali mengingatkan para menterinya untuk bekerja lebih keras.
"Pada kondisi krisis, kita harusnya kerja lebih keras lagi. Jangan kerja biasa-biasa saja. Kerja lebih keras dan kerja lebih cepat. Itu yang saya inginkan pada kondisi sekarang ini," kata Jokowi.
Jokowi mendorong jajarannya untuk tak bekerja dengan menggunakan cara yang biasa. Namun, Jokowi meminta agar mereka melakukan terobosan.
"Kita harus ganti channel dari ordinary pindah channel ke extraordinary. Dari cara-cara yang sebelumnya rumit, ganti channel ke cara-cara cepat dan cara-cara yang sederhana. Dari cara yang SOP (standard operational procedure) normal, kita harus ganti channel ke SOP yang smart shortcut. Gimana caranya? Bapak, Ibu, dan Saudara-Daudara lebih tahu dari saya, menyelesaikan ini. Kembali lagi, jangan biasa-biasa saja," ucapnya.