Bulan Juni-Juli bisa dibilang sebagai bulannya tahun ajaran baru baik bagi siswa siswi sekolah ataupun calon mahasiswa.
Namun, tak seperti tahun-tahun sebelumnya, kali ini masa tahun ajaran baru di tengah pandemi Covid-19.
Kota Malang, menjadi salah satu yang setiap tahunnya selalu diserbu ratusan ribu mahasiswa baru dari berbagai daerah dan luar negeri.
Hal ini nampaknya, hal ini menjadi perhatian khusus Pemerintah Kota (Pemkot) Malang berkaitan dengan proses penerimaan mahasiswa baru. Sebab, masih ada kekhawatiran penyebaran klaster baru Covid-19 jika proses selemsi mahasiswa dilakukan tanpa daring atau online.
Meskipun, saat ini Kota Malang sudah memasuki masa transisi menuju New Normal atau tatanan baru di tengah pandemi Covid-19. Tetapi, nasib perkuliahan apakah akan dilanjutkan dengan metode daring atau akan diakhiri dan berjalan seperti biasa masih belum dirumuskan.
Wali Kota Malang Sutiaji menyatakan dengan jumlah peminat yang ingin berkuliah di Kota Malang mencapai 150 ribu lebih, ia menginginkan sebisa mungkin proses seleksi bisa dilakukan secara daring (dalam jaringan).
"Kalau boleh saya minta, model tes seleksi mahasiswa baru yang mau masuk ini harus pakai daring. Karena jumlah peminat di Kota Malang ini tertinggi di Indonesia. Mudah-mudahan nanti bisa," terangnya belum lama ini.
Dalam hal ini pihaknya juga akan segera mengumpulkan para rektor untuk membahas solusi dari persoalan pembelajaran bagi perkuliahan di Kota Malang.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Malang, Wasto menambahkan nantinya pertemuan dengan mengumpulkan para rektor di Kota Malang untuk membahas lebih lanjut mengenai sistem yang harus diterapkan dalam pembelajaran atau pun proses penerimaan mahasiswa baru.
"Kami akan kumpulkan rektor secepatnya, ini kita mau ajak diskusi. Bagaimana kalau Malang ini diserbu ribuan mahasiswa. Ini kan problem tersendiri, jangan sampai muncul klaster baru. Ini yang harus dicarikan solusi, apakah nanti sistem daring atau apa, nanti itulah dengan para rektor," tandasnya.