Sempat membuat geger, petai raksasa yang ditemukan di hutan lindung Pringamba 2, Desa Panaweran, Kecamatan Sigaluh Banjarnegara, Jawa Tengah (Jateng) akhirnya terkuak juga misterinya.
Petai raksasa dengan panjang antara satu meter hingga 1,2 meter, dengan 10 hingga 14 biji petai dalam satu 'papan' nya itu sempat membuat warga bertanya-tanya. Apakah aman untuk dikonsumsi atau sebaliknya.
Seperti yang diminta oleh Agus Martin, warga sekitar, seperti dikutip www.indonesiaonline.co.id. Dimana Agus berharap ada penelitian atas temuan petai raksasa yang menghebohkan warga itu.
Tak berselang lama, misteri petai raksasa itu terkuak. Melalui postingan Good News From Indonesia dengan akun @GNFI dari @Indoflashlight. Dinyatakan, buah yang mirip dengan petai raksasa itu ternyata merupakan tanaman langka. Serta bernama Entada.
"Misteri 'petai' berukuran jumbo yang ditemukan warga Desa Panawaren, Kecamatan Sigaluh, Banjarnegara akhirnya terkuak. Buah yang mirip dengan petai raksasa berukuran panjang 120 sentimeter ini ternyata bernama Entada," cuit @GNFI, Minggu (29/3/2020).
Entada merupakan tumbuhan hutan yang merambat liar, namun membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi tumbuhan yang berbatang besar. Walau masih satu ordo dengan petai, tapi tak disarankan untuk dikonsumsi.
"Entada memiliki rasa pahit dan sengir. Buah tanaman entada ini mirip dengan jengkol lengkap dengan pelindungnya. Hanya isi buah ini berwarna putih," cuit @GNFI.
Kepala Resort Konservasi Wonosobo BKSDA Jateng, Adi Antoro mengatakan tanaman Entada ini merupakan tanaman langka. Karena Entada tak bisa tumbuh begitu saja. Sekitar 21 spesies diketahui tumbuh di Afrika, enam dari Asia, dua dari daerah tropis Amerika dan satu dengan distribusi pantropis.
Entada yang ditemukan di Jateng, mirip dengan yang pernah ditemukan di Mozambik. Dimana, petai raksasa itu disebut Entada Rheedii dan dipergunakan oleh masyarakat tradisi sebagai medium ritual untuk berkomunikasi dengan dunia ruh.
Tanaman ini juga digunakan sebagai salep topikal terhadap penyakit kuning, sakit gigi, borok dan untuk mengobati masalah otot-rangka. Seperti yang pernah dicatat oleh Nyazema ZN dalam Etnobotani dan praktik pengobatan tradisional di Zimbabwe, 1996.
Walau memiliki jejak panjang, Entada bisa dikonsumsi dengan berbagai latar belakangnya. Pihak kesehatan yang berwenang di Banjarnegara, tetap tak menganjurkan petai raksasa itu dikonsumsi.
Meski begitu @Masbujaang berseloroh lewat cuitannya, "Cukup ni buat lauk selama 14 hari di rumah," cuitnya.