JATIMTIMES – Banyak orang masih menganggap migrain sebagai sakit kepala biasa yang bisa sembuh dengan istirahat atau obat warung. Padahal, migrain adalah salah satu jenis sakit kepala primer yang dapat mengganggu aktivitas bahkan memicu kondisi serius jika tak ditangani dengan tepat.
Menurut dr. Shinta Kusumawati, Sp.S, Dokter Spesialis Syaraf RSI Unisma, migrain bukanlah gejala dari penyakit lain, melainkan gangguan murni di area kepala, tepatnya di luar otak, sering kali disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah atau dipicu oleh faktor hormonal dan stres.
“Migrain tidak berasal dari kelainan otak. Jadi ini betul-betul primer, bukan karena tekanan darah tinggi atau diabetes,” jelasnya.
Migrain biasanya menyerang separuh bagian kepala, terasa berdenyut, dan sering disertai mual hingga muntah. Gejala ini bisa berlangsung selama beberapa jam hingga maksimal 72 jam. Umumnya tidak disertai kelumpuhan atau gangguan bicara seperti pada penyakit saraf lain.

Ada dua tipe migrain utama: common migraine dan klasik migraine. Pada tipe klasik, gejala bisa diawali dengan penglihatan kabur, kesemutan, atau gangguan bicara yang muncul sebelum rasa sakit menyerang.
Meski sering dianggap remeh, migrain bisa berkembang menjadi kondisi darurat medis, terutama bila berlangsung lebih dari 72 jam tanpa henti. Kondisi ini disebut status migrainosus dan bisa membutuhkan penanganan intensif di rumah sakit.
“Bila keluhan tak membaik dengan obat biasa atau makin berat, segera periksa ke dokter. Jangan menunda, apalagi hanya mengandalkan obat warung yang dikonsumsi tanpa aturan,” tegas dr. Shinta.
Pemakaian obat pereda nyeri yang berlebihan justru dapat memicu medical overuse headache, kondisi di mana sakit kepala dipicu oleh konsumsi obat yang berlebihan, bukan oleh migrain itu sendiri.
Migrain paling sering menyerang perempuan usia produktif, dipengaruhi oleh fluktuasi hormon seperti saat menstruasi. Diperkirakan sekitar 80 persen penderita migrain adalah wanita. Namun, migrain juga bisa menyerang laki-laki, terutama dalam bentuk cluster headache yang berbeda mekanismenya.
“Kalau ada lansia yang tiba-tiba mengalami nyeri kepala mirip migrain, kita harus hati-hati. Bisa jadi itu bukan migrain primer, tapi gejala penyakit lain,” ujar dr. Shinta, mengingatkan pentingnya mengenali konteks usia dan kondisi pasien.
Migrain memiliki banyak pencetus, dan tiap orang bisa berbeda-beda. Beberapa faktor yang sering disebut antara lain: Makanan tertentu seperti keju, cokelat, atau makanan tinggi MSG, kurang tidur atau kelelahan, stres berlebihan, perubahan hormonal, paparan alergen seperti debu atau bau menyengat. Selain itu, faktor genetik juga bisa berperan. Jika orang tua memiliki riwayat migrain, anaknya mungkin lebih berisiko mengalami hal serupa, meski tidak selalu.
Tidak semua migrain memerlukan obat dari dokter. Namun, untuk serangan yang berulang atau sangat mengganggu, pengobatan abortif, yang menghentikan serangan akut, bisa diperlukan. Jenis obat ini bekerja dengan cara menyempitkan kembali pembuluh darah yang melebar.
Tapi hati-hati. Pada pasien dengan riwayat penyakit jantung atau pembuluh darah, obat jenis ini bisa berisiko tinggi jika tidak diawasi tenaga medis. “Obat-obatan migrain bisa menyebabkan konstriksi pembuluh darah membesar mengecil, memicu serangan jantung atau stroke jika digunakan sembarangan,” kata dr. Shinta.
Migrain bukan sekadar sakit kepala biasa. Kenali pencetusnya, pahami jenis dan tingkat keparahannya, dan jangan ragu mencari bantuan medis jika migrain tak kunjung reda atau justru memburuk. RSI Unisma Malang siap memberikan pelayanan yang prima kepada para pasien Migran, terlebih RSI Unisma Malang memiliki tenaga medis yang berkompeten pada masing-masing bidangnya.
Bagi masyarakat yang ingin mengakses informasi ataupun mendaftar di RSI Unisma Malang melalui nomor 0811-3033-139. Untuk akses layanan informasi dan pendaftaran hanya dapat dilakukan melalui pesan chat.
Selain melalui sambungan nomor WhatsApp, para pasien bisa mengakses informasi tentang RSI Unisma Malang melalui akun media sosial RSI Unisma, di @rsiunisma untuk Instagram, @Rsi Unisma untuk Facebook, atau mengakses laman resmi www.rsiunisma.com