Raden Kajoran di Gerbang Taji: Dua Kali Menyerang Jantung Mataram
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
22 - Jun - 2025, 05:27
JATIMTIMES - Dalam pusaran sejarah Mataram akhir abad ke-17, tokoh Raden Kajoran muncul sebagai simbol perlawanan yang tak sekadar dipantik oleh ambisi politik, melainkan juga oleh dendam sejarah, ikatan kekerabatan, dan spirit perlawanan terhadap tirani.
Dalam konteks ini, dua kali serangan besar ke jantung Mataram pada penghujung 1676 dan awal 1677, yang dipimpin oleh Raden Kajoran bersama laskar Madura dan pasukan Jawa Timur, menjadi peristiwa penting yang menandai melemahnya kekuasaan Sunan Amangkurat I.
Baca Juga : Trump Klaim Hancurkan Fordow, Iran Balas: Itu Bohong!
Serangan pertama terjadi pada bulan November 1676, ketika kekuatan pemberontak berkonsolidasi di Kajoran dan bergerak menuju gerbang Taji, pintu timur menuju istana. Kajoran bukan sekadar titik geografis, melainkan pusat jaringan kekuasaan kultural dan spiritual yang membentang dari pegunungan Menoreh hingga pesisir selatan. Setelah kekalahan Mataram dalam pertempuran di Gegodog, Raden Kajoran menghimpun kekuatan besar yang terdiri dari laskar Madura, pasukan Jawa Timur, dan para petani yang kecewa terhadap kebijakan pajak dan dominasi elite keraton. Nama Dandangwacana muncul sebagai panglima laskar besar yang bergerak melalui Jipang dan Pajang, membakar semangat rakyat sepanjang jalur tersebut.
Dalam catatan Bagus Alim, juru tulis Sunan Amangkurat I, disebutkan bahwa pasukan pemberontak mencapai gerbang Taji dengan jumlah sekitar 100.000 orang. Angka ini boleh jadi dilebih-lebihkan dalam suasana panik, tetapi menunjukkan skala ancaman yang dirasakan Mataram. Serangan ini menyebabkan kekacauan besar di ibukota; banyak pembesar keraton tak lagi mengakui Amangkurat I sebagai gusti mereka, seperti dicatat dalam Daghregister tanggal 12 November 1676.
Sunan Amangkurat I menggelar sidang agung. Ia mengirim Pangeran Adipati Anom bersama saudara-saudaranya, termasuk Pangeran Puger dan Pangeran Singasari, didampingi Tumenggung Mangunagara dan Tumenggung Wirasari. Mereka mengepung Kajoran dan bertempur selama sehari penuh. Namun, malam hari pasukan Mataram mundur. Kajoran, sadar akan risiko kekalahan total, melarikan diri bersama keluarga dan kerabatnya ke arah Surabaya. Di sana ia disambut oleh Raden Trunajaya, sekutu dan menantunya.
Perlawanan tak berhenti. Hanya berselang beberapa minggu, sekitar Desember 1676, Raden Kajoran kembali memobilisasi kekuatan, kali ini mencapai 150...