Soto: Jejak Perjalanan Sejarah, Budaya, dan Hibriditas Kuliner Nusantara

03 - Jan - 2025, 12:26

Suasana warung soto di Kudus, Jawa Tengah, Hindia Belanda, sekitar tahun 1900. (Foto: ilustrasi AI/ JatimTIMES)

JATIMTIMES - Dalam setiap semangkuk soto yang disajikan di berbagai daerah Indonesia, tersimpan kisah panjang tentang perjalanan budaya dan sejarah yang melintasi waktu. 

Dari Semarang hingga Makassar, dari Pekalongan hingga Banyumas, soto hadir dengan berbagai variasi nama dan cita rasa: coto, tauto, sroto, dan soto itu sendiri. 

Baca Juga : Catat 7 Kejadian Kecelakaan, KAI Daop 8 Surabaya Tutup 5 Perlintasan Liar di Malang Raya dan Blitar

Dengan bahan utama yang bervariasi, mulai dari ayam, sapi, kerbau, hingga bekicot, soto tidak hanya menjadi makanan, tetapi juga simbol hibriditas kuliner Nusantara.

Asal-Usul Soto: Masakan Khas Tionghoa

Jejak awal soto dapat ditemukan dalam tradisi kuliner Tionghoa. Sejarawan Prancis, Denys Lombard, dalam bukunya Nusa Jawa Silang Budaya: Jaringan Asia, menyebutkan bahwa kata "soto" berasal dari bahasa Mandarin "caudu" atau "jao to," yang merujuk pada masakan berbahan jeroan dengan berbagai rempah. Soto diyakini pertama kali populer di Semarang pada abad ke-19, di mana kota ini menjadi pusat percampuran budaya Cina dan Jawa.

Penelitian Ary Budiyanto dan Intan Kusuma Wardhani pada 2013 memperkuat pandangan ini. Dalam tulisan bertajuk Menyantap Soto: Melacak Jao To Merekonstruksi Jejak Hibriditas Budaya Kuliner Cina dan Jawa, mereka menjelaskan bahwa soto berasal dari masakan Cina yang disebut "chau tu" atau "jao to," artinya adalah jeroan yang dimasak dengan aneka rempah. Soto kemudian mengalami akulturasi, berpadu dengan tradisi kuliner lokal yang kaya rempah.

Pada awalnya, soto dikenal di pesisir utara Jawa, seperti Semarang, Pekalongan, dan Kudus, sebelum menyebar ke seluruh Nusantara. Dokumentasi Troppenmuseum Belanda tahun 1919 menyebutkan soto sebagai "Chinese soep." Disebutkan pula bahwa pedagang soto saat itu memasak di atas anglo, dengan bumbu khas seperti bawang putih goreng, tauco, dan kecap, serta menggunakan mangkuk keramik khas Tiongkok.

Pengaruh India dan Evolusi Soto Lokal

Pengaruh budaya India juga tidak dapat diabaikan dalam perkembangan soto. Penggunaan kunyit, yang memberikan warna kuning khas pada beberapa jenis soto, seperti Soto Kudus atau Soto Lamongan, mengingatkan pada rempah utama yang sering digunakan dalam masakan kari India. Kombinasi rempah dari Tionghoa dan India ini menciptakan rasa khas soto yang unik di setiap daerah.

Soto terus beradaptasi dengan selera lokal. Di Kudus, daging kerbau digunakan sebagai bahan utama, menggantikan daging sapi, untuk menghormati tradisi Hindu yang menganggap sapi sebagai hewan suci. Di Tegal, muncul Soto Bebek dengan kuah pekat. Di Kediri, Soto Bekicot menjadi keunikan tersendiri, sementara di Lamongan dan Bangkalan, ikan bandeng menjadi bahan utama.

Soto Sebagai Simbol Budaya Lokal

Soto juga menjadi identitas kuliner daerah. Soto Betawi terkenal dengan santannya yang kental dan kaya rasa. Soto Padang menawarkan perpaduan unik kuah bening dengan aroma rempah kuat. Soto Banjar dari Kalimantan Selatan memadukan soun, telur, dan kuah berbumbu khas, sementara Coto Makassar memiliki rasa gurih dari campuran kacang tanah dan rempah khas Sulawesi.

Keanekaragaman ini menunjukkan bagaimana soto telah menjadi bagian integral dari budaya kuliner Nusantara, di mana setiap daerah memberikan sentuhan unik berdasarkan bahan lokal dan tradisi setempat.

Soto Sebagai Produk Hibriditas Budaya

Baca Juga : Perputaran Ekonomi Selama Nataru di Kota Batu Diperkirakan Mencapai Rp 632 Miliar

Soto adalah cermin dari sejarah panjang percampuran budaya di Indonesia. Sebagai masakan hasil akulturasi budaya Tionghoa, India, dan lokal, soto menjadi bukti nyata bagaimana interaksi antarbudaya melahirkan tradisi baru yang terus hidup hingga saat ini.

Namun, di balik kemasyhuran soto, ada narasi tentang migrasi, perdagangan, dan adaptasi budaya yang memperkaya kuliner Nusantara. Soto adalah simbol keberagaman, bukan hanya dalam rasa, tetapi juga dalam sejarah dan identitas.

Semangkuk Soto, Sejuta Kisah

Soto lebih dari sekadar hidangan; ia adalah warisan sejarah yang mencerminkan perjalanan budaya Nusantara. Dari pesisir Jawa hingga pelosok Indonesia, soto terus bercerita tentang pertemuan budaya, adaptasi tradisi, dan kreativitas kuliner masyarakat.

Dalam setiap sendok soto yang kita nikmati hari ini, kita sebenarnya sedang mencicipi warisan peradaban yang kaya dan kompleks. Semangkuk soto tidak hanya memuaskan rasa lapar, tetapi juga menghubungkan kita dengan sejarah panjang Nusantara yang penuh warna.


Topik

Peristiwa, Soto, sejarah soto, sejarah Nusantara, kuliner nusantara,



Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat di Indonesia. Sektor industri, perdagangan, dan pariwisata menjadi pilar utama perekonomian Jatim. Pembangunan infrastruktur juga terus dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

cara menyimpan tomat
memilih model baju kerja wanita
harga gabah shio 2025
cara simpan tomat