Dari Malang ke Suriname: Jejak Salikin M. Hardjo Melawan Ketidakadilan
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Yunan Helmy
30 - Dec - 2024, 01:09
JATIMTIMES - Sejarah kuli kontrak Jawa di Suriname tidak hanya menceritakan derita penjajahan, tetapi juga kisah kebangkitan melawan ketidakadilan. Dalam alur sejarah ini, nama Salikin Mardi Hardjo (1910–1993) muncul sebagai salah satu tokoh penting.
Salikim bukan sekadar kuli kontrak, melainkan seorang pembela yang memperjuangkan hak-hak buruh melalui pena perlawanan.
Baca Juga : Pangeran Joyokusumo: Panglima Peranakan yang Gugur Sebagai Martir di Perang Jawa
Salikin lahir di Kepanjen, Malang, Jawa Timur, pada tahun 1910. Pada usia 10 tahun, ia dan keluarganya termasuk dalam rombongan 770 kuli kontrak yang dikirim Belanda dari Jawa Tengah ke Suriname. Ayahnya, Doelbasah, bekerja sebagai montir di industri bauksit Moengo. Berkat keterampilan sang ayah, keluarga ini menikmati sedikit privilese dibandingkan kuli kontrak lain yang hidup dalam kondisi memprihatinkan.
Namun, keistimewaan itu tidak membuat Salikin menutup mata terhadap penderitaan sesama. Didikan membaca dan menulis dari sang ayah serta kesempatan menamatkan sekolah dasar hingga ke tingkat MULO (setara SMP) menjadikannya salah satu orang Jawa terpelajar di Suriname.
Awal Kiprah Salikin: Dari Pecetakan ke Politik
Kecerdasan dan minat membaca Salikin berkembang pesat saat magang di percetakan. Di sana, ia membaca isu-isu politik dari tanah air, termasuk pemikiran-pemikiran Sukarno, dan berita tentang perdebatan di parlemen Belanda. Ketertarikannya terhadap politik dan keadilan sosial tumbuh dari pengamatan langsung atas ketidakadilan yang dialami kuli-kuli Jawa di perkebunan Suriname.
Salikin mulai menulis untuk surat kabar De Banier van Waarheid en Recht atau Panji Kebenaran dan Hukum, salah satu media terbesar di Suriname. Media ini dikenal kritis terhadap pemerintah kolonial Belanda. Menggunakan nama samaran Bok Sark, ia menulis esai-esai pedas yang menggambarkan penderitaan buruh kontrak.
Dalam salah satu tulisannya, Salikin mengkritik kebijakan Gubernur Rutgers yang menurunkan upah kuli dari 80 menjadi 60 sen gulden per hari. Ia juga mengkritik Menteri Jajahan De Graaf yang menyetujui kebijakan tersebut. Tulisan-tulisan Bok Sark membuat pemerintah kolonial resah, tetapi identitasnya tetap menjadi misteri hingga bertahun-tahun kemudian.
Menjadi Aktivis Pergerakan
Pada tahun 1930-an, Salikin menjadi pegawai di Dinas Kesehatan Rakyat Suriname...