Mengenal Lipstick Effect yang Jadi Indikator Ekonomi Sulit
Reporter
Mutmainah J
Editor
Yunan Helmy
03 - Dec - 2024, 04:47
JATIMTIMES - Bagi banyak perempuan, lipstik telah menjadi salah satu barang wajib ada di tas. Siapa sangka, penjualan produk kosmetik yang satu ini disebut-sebut mampu memprediksi resesi ekonomi sebuah negara.
Nah belakangan ini, fenomena lipstick effect menjadi perbincangan. Di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu, orang cenderung beralih pada pembelian barang-barang kecil yang bisa memberikan kepuasan sesaat.
Baca Juga : Pak Gimin Semangat, Strategi Kota Blitar Menuju Nol Stunting
Lantas bagaimana fenomena ini terjadi? Simak uraian lengkapnya berikut ini.
Aps Itu Lipstick Effect?
Melansir Investopedia (3/12/2024), teori lipstick effect pertama dikemukakan oleh Juliet Schor dalam bukunya yang berjudul ‘The Overspent American’, yang diterbitkan pertama kali pada 1998.
Sementara Mailchimp mendefinisikan lipstick effect adalah teori ritel di mana konsumen dengan keuangan yang minim cenderung akan membeli barang-barang mewah dengan harga yang lebih terjangkau ketika kondisi penurunan ekonomi.
Teori ini berangkat dari konklusi penjualan lipstik yang meningkat meskipun perekonomian tengah berada pada masa resesi. Namun, teori lipstick effect ini juga dapat diaplikasikan pada barang-barang mewah terjangkau lainnya.
Lipstick effect juga dapat dijelaskan dari sisi psikologis. Ketika keuangan individu tidak cukup atau tengah menurun, alih-alih berhenti konsumtif secara total, individu masih mau membeli barang-barang tersier yang sebenarnya tidak terlalu urgent dan penting sifatnya.
Barang-barang tersier pilihan konsumen ini masih dapat dibeli dengan dana yang terbatas. Misalnya kopi, rokok, tiket bioskop, lipstik, barang kosmetik lainnya, produk skincare, dan sebagainya. Tujuannya adalah untuk kesenangan sesaat dan sederhana di kala kondisi keuangan tengah sulit.
Baca Juga : Baca Selengkapnya