9 Tahun Mangkrak , Ini Suara Hati Warga Eks-Lokalisasi Semampir
Reporter
Eko Arif Setiono
Editor
Yunan Helmy
20 - Oct - 2024, 12:54
JATIMTIMES - Sembilan tahun berlalu, sejak Pemerintah Kota Kediri menggusur kawasan eks lokalisasi Semampir, hidup masyarakat di RW 5 belum juga pulih. Alih-alih keluar dari masa kelam, kehidupan mereka semakin menderita.
Nur Yanto, dan ratusan kepala keluarga (KK) di kawasan tersebut masih harus terus berjuang setelah pemerintah ‘merampas’ hidup mereka pada akhir 2016 lalu.
Baca Juga : Yovie & Nuno dan Kahitna Sukses Membius Ribuan Penonton di Batu Tourism Award 2024
Tidak semua warga di sana menjajakan diri atau terlibat langsung dalam bisnis prostitusi itu. Mereka yang berjualan, membuka warung-warung kopi atau sekadar menjadi juru parkir, terdampak kebijakan tersebut.
Kini, kehidupan layak yang dijanjikan pemerintah hanya menjadi mimpi buruk bagi mereka. Pelatihan tanpa adanya pendampingan, bantuan modal dan pemasaran, menurut warga hanya sia-sia.
“Saya mohon dengan sangat kepada pemerintah, kepada wakil rakyat, semoga ada perhatian terutama untuk masyarakat Semampir di RW 5 RT 31,” pinta Nur Yanto, dalam acara diskusi Mata Saroja, episode Suara Hati Warga eks lokalisasi Semampir, yang tayang di YouTube, pada Jumat (18/10/2024).
Hadir dalam diskusi itu, Ayub Wahyu Hidayatullah, anggota DPRD Kota Kediri dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Kepada Ayub, Nur Yanto melanjutkan, saat ini dia bersama keluarganya sedang tertatih untuk mencari penghidupan yang layak. Warga di sana juga masih kesulitan untuk sekadar mencari makan.
“Rumah digusur, saya terima duit semua Rp 7,5 juta, terima 2016. Saya buat kontrak (rumah), nyambung umur, dua bulan sudah habis,” keluhnya.
Nur Yanto pun tak menampik,l masih ada warga yang kembali menjadi wanita penghibur. Mereka rela bekerja hingga dini hari demi bertahan hidup.
“Teman-teman saya yang menderita, selain saya masih banyak banget. Purel-purel itu saya kasihan, setiap malam cari makan. Pulang jam 02.00-03.00 WIB. Setiap hari saya tidak bisa tidur. Saya kasihan. Semoga pemerintah memberikan perhatian lebih,” jelas Nur Yanto yang kini berusia 81 tahun.
Selain makan, tempat tinggal juga menjadi problem bagi mereka. Tanah yang dulunya tergusur statusnya belum jelas hingga saat ini.
Asa sebenarnya sempat muncul saat itu. Janji pemerintah, mereka akan hidup lebih baik dengan meninggalkan dunia kelam itu.
Namun, pelatihan-pelatihan kerja yang diberikan tidak dibarengi dengan pendampingan dan modal...