Gusti Nurul: Putri Mangkunegaran, Pelopor Telekonferensi Pertama di Indonesia
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Yunan Helmy
10 - Oct - 2024, 10:56
JATIMTIMES - Tahun 1936, teknologi yang kita anggap biasa hari ini -seperti video call atau telekonferensi- adalah sesuatu yang hanya bisa dibayangkan dalam dunia fiksi. Namun, tahun itu, seorang gadis muda dari lingkungan keraton di Jawa melakukan sesuatu yang luar biasa.
Di sebuah ruangan megah, di bawah sinar lampu yang benderang, seorang gadis cantik dengan pakaian adat Jawa menari dengan luwes dan anggun. Tak ada alat musik yang terjajar di ruangan itu, namun tarian gadis tersebut diiringi oleh musik gamelan yang diputar dari Keraton Surakarta.
Baca Juga : Bela Azizah Salsha, Nikita Mirzani Sebut Rachel Vennya Bipolar
Musiknya datang melalui radio, dengan suara terputus-putus, namun cukup untuk mengiringi tariannya.
Ini adalah salah satu bentuk paling awal dari telekonferensi meski dengan cara yang sederhana.
Gadis muda itu adalah Gusti Nurul, seorang putri keraton dari Kadipaten Mangkunegaran, Solo. Penampilannya saat itu menjadi salah satu bukti kemajuan teknologi yang diperkenalkan pada masa kolonial Hindia Belanda, sekaligus menjadi bukti keberanian dan kemampuannya memanfaatkan teknologi untuk menunjukkan kekayaan budaya Jawa kepada dunia.
Menari di Hadapan Ratu Wilhelmina
Pada tahun 1936, seorang gadis muda dari Kadipaten Mangkunegaran, Solo, membuat sejarah dalam dunia seni dan budaya. Gusti Nurul, yang bernama lengkap Siti Noeroel Kamaril Ngasarati Koesoemo Wardhani, tidak hanya dikenal karena kecantikannya sebagai 'Si Kembang Mangkunegaran', tetapi juga karena kemahirannya dalam menari. Pada usia 15 tahun, Gusti Nurul diundang untuk menari di hadapan Ratu Wilhelmina dan para pejabat Belanda dalam sebuah acara pernikahan kerajaan yang megah—pernikahan Putri Juliana dengan Pangeran Bernhard.
Acara itu menjadi momentum besar dalam perjalanan hidup Gusti Nurul. Bersama rombongan keluarga kerajaan Mangkunegaran, termasuk ayahnya Mangkunegara VII dan ibunya Gusti Kanjeng Ratu Timur, mereka bertolak ke Belanda pada Agustus 1936. Rombongan ini berangkat menggunakan kapal Marnix, yang selama perjalanan menjadi tempat Gusti Nurul melatih tariannya. Mereka tiba di Den Haag pada 1 Desember 1936, beberapa minggu sebelum pernikahan kerajaan Belanda.
Gusti Nurul dijadwalkan untuk menampilkan tarian tradisional Jawa, "Sari Manunggal", sebagai persembahan istimewa dari Mangkunegara VII untuk pernikahan Putri Juliana dan Pangeran Bernhard...