Keunikan 7 Sumber Air di Boon Pring Desa Wisata Sanankerto: Bisa Prediksi Musim
Reporter
Ashaq Lupito
Editor
Nurlayla Ratri
27 - Jul - 2024, 05:58
JATIMTIMES - Tidak hanya memiliki puluhan ribu bambu dengan puluhan jenis spesies, di Desa Wisata Sanankerto juga memiliki tujuh sumber mata air yang bisa memprediksi musim. Dikatakan bisa memprediksi musim, dikarenakan debit sumber airnya bisa berubah-ubah menjelang maupun saat memasuki musim penghujan maupun kemarau.
Sekretaris Desa Wisata Sanankerto Khafid Muzadi menerangkan, tujuh sumber yang ada di kawasan Boon Pring Desa Wisata Sanankerto tersebut di antaranya meliputi Sumber Towo, Sumber Gatel, Sumber Air Sumberdem, Sumber Krecek, Sumber Dandang, Sumber Maron, dan satu sumber air lainnya yang ada di bawah kawasan Boon Pring.
Baca Juga : BPBD Kota Malang Imbau Masyarakat Waspadai Potensi Kebakaran di Musim Kemarau
"Yang Sumber Krecek inilah salah satu yang jadi unik sendiri. Sumber Krecek ini adalah pertanda musim buat warga di sini," ujarnya.
Sabtu (27/7/2024), JatimTIMES berkesempatan untuk mengeksplorasi Boon Pring yang ada di Desa Wisata Sanankerto tersebut. Lokasi Sumber Krecek yang bisa memprediksi musim tersebut terletak di ujung wisata Boon Pring. Kebetulan, saat berkunjung ke sumber yang berlokasi di destinasi wisata pada Kecamatan Turen, Kabupaten Malang tersebut, Sumber Krecek sedang mengeluarkan mata air.
"Jadi kalau musim penghujan, itu justru mati. Tapi kalau musim kemarau, sumbernya justru besar dan itu nyata," ujar Khafid.
Banyaknya potensi sumber mata air di Desa Wisata Sanankerto tersebut, disampaikan Khafid, tidak terlepas dari melimpahnya kekayaan alam di Boon Pring. Seperti namanya, pring merupakan bahasa jawa yang artinya bambu.
Populasi bambu yang melimpah itulah yang disebut-sebut menjadi awal mula munculnya sumber-sumber di Boon Pring. "Awal deteksi itu sejumlah 114 spesies, terus ada tambahan satu dari Papua jadi 115 spesies," tuturnya.
Namun, pada tahun 2021, Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Desa Wisata Sanankerto yang saat itu bekerjasama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, melakukan audit ulang. Hasilnya ditemukan sebagian spesies bambu yang ternyata sama hanya beda nama penyebutannya di tiap daerah.
"Di 2021 kami ada audit ulang terkait nama spesies bambu tersebut yang menghasilkan 78 jenis. Dari 114 jenis spesies itu ternyata di daerah lain ada bambu yang sama dengan nama yang berbeda-beda," ujarnya.
Dari 78 jenis spesies bambu tersebut, lanjut Khafid, mayoritas di antaranya telah berbasis digital. Yakni dilengkapi dengan barcode...