Momen Bersejarah 14 Februari: Jejak Heroik Pemberontakan PETA Blitar dan Supriyadi Melawan Penjajahan Jepang
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Nurlayla Ratri
14 - Feb - 2024, 08:11
JATIMTIMES- Pada tanggal 14 Februari 1945, Blitar menjadi saksi dari peristiwa epik dalam sejarah perlawanan Indonesia terhadap penjajahan Jepang. Pemberontakan ini dipimpin oleh Shodancho Supriyadi, seorang pemimpin PETA yang berani.
Peristiwa tanggal 14 Februari ini menandai perlawanan terbesar terhadap kekuasaan penjajah di wilayah tersebut. Meski akhirnya mengalami kegagalan, perlawanan ini meninggalkan jejak yang terus dikenang dalam perjalanan menuju kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga : Keharmonisan Hingga Gaya Humoris Bupati Malang Sekeluarga Saat Mencoblos pada Pemilu 2024
Perlawanan PETA di Blitar tidak hanya sekadar reaksi spontan, melainkan dipenuhi dengan rasa prihatin yang mendalam terhadap derita rakyat Indonesia akibat kekejaman pendudukan Jepang. Kedatangan Jepang pada awalnya disambut dengan harapan akan kemerdekaan, namun harapan itu pupus oleh perlakuan sewenang-wenang yang menyiksa rakyat pribumi. Romusha, atau kerja paksa, menjadi penderitaan utama yang harus ditanggung oleh rakyat Indonesia demi memenuhi kepentingan Jepang.
Dalam sejarahnya, pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, terbentuklah kesatuan militer bernama Tentara Sukarela Pembela Tanah Air, atau yang lebih dikenal dengan PETA. Proses pembentukan PETA dimulai atas usulan dari R. Gatot Mangkoepradja, yang pada tanggal 8 September 1943, melalui suratnya kepada Gunseikan, meminta izin bagi bangsa Indonesia untuk turut serta membantu Pemerintah Militer Jepang.
Dalam suratnya, Gatot Mangkoepradja menyatakan harapannya agar bangsa Indonesia tidak hanya berada di belakang garis depan, tetapi juga turut serta secara aktif dalam medan perang melawan kekuatan Inggris, Amerika, dan sekutunya. Usulan ini akhirnya disetujui, dan pada tanggal 3 Oktober 1943, dibentuklah Pembela Tanah Air berdasarkan maklumat Osamu Seirei No 44 yang diumumkan oleh Panglima Tentara Ke-16, Letnan Jenderal Kumakichi Harada.
Pelatihan bagi anggota PETA dilakukan di kompleks militer Bogor yang diberi nama Jawa Bo-ei Giyugun Kanbu Resentai. Dapat dikatakan bahwa minat dan antusiasme penduduk terhadap PETA sangat besar, terutama dari kalangan pemuda yang telah mendapat pendidikan sekolah menengah dan tergabung dalam Seinendan, sebuah barisan pemuda.
Anggota PETA berasal dari berbagai lapisan masyarakat dengan motivasi yang beragam, mulai dari semangat membantu Jepang hingga panggilan jiwa untuk memperjuangkan kemerdekaan...