MSG Tidak Berbahaya?, Begini Penjelasan Pakar
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
A Yahya
11 - Jan - 2024, 01:45
JATIMTIMES - Dunia kuliner tentunya sudah tak asing lagi dengan Monosodium Glutamat atau MSG. Meski begitu, masih banyak masyarakat yang khawatir akan penggunaan MSG. Banyak rumor yang beredar di masyarakat, pemakaian MSG dapat menimbulkan masalah kesehatan.
Lantas, bagaimana pendapat pakar tentang hal tersebut ?. Dijelaskan dosen Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Nur Lailatul Masruroh SKep Ns MNS, bahwa MSG merupakan garam natrium dari asam glutamate. Zat ini secara alami juga terkandung di dalam makanan.
Baca Juga : Jurnalis Palestina Ungkap Kondisi Tahanan di Israel Usai Dibebaskan, Penuh Siksaan dan Penderitaan
Makanan yang mengandung zat tersebut seperti halnya tomat, keju, dan daging. Untuk pembuatan MSG sendiri biasanya melalui proses ekstraksi dari sari tetes tebu. Dalam konsumsi MSG, sebenarnya tidak berbahaya asalkan sesuai dengan takaran yang tidak berlebihan atau yang dianjurkan.
Merujuk dari Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, dal pemakaian MSG, takaran yang tepat adalah sekitar 2 hingga 2,5 gram MSG per hari. Takaran ini setara dengan setengah sampai satu sendok teh.
Meski begitu, takaran tersebut atau takaran harian ini merupakan panduan umum. Toleransi terhadap MSG pada setiap individu tidaklah sama atau bervariasi.
Hal ini terbukti dari beberapa studi ilmiah, dimana dalam pemakaian MSG dengan takaran wajar tidak memberikan efek samping atau dampak yang signifikan.
Sebaliknya, bagi sebagian orang yang mengunakan MSG dalam makanan dengan takaran wajar, mengalami reaksi sensitifitas sehingga memberikan beberapa dampak. "Namun beberapa individu mungkin mengalami reaksi seperti sakit kepala atau nyeri otot. Efek samping ini biasanya bersifat sementara dan tidak terjadi pada semua orang," tambahnya.
Lebih lanjut, jika dalam konsumsi MSG berlebihan atau dengan takaran melebihi panduan, maka dampaknya akan menyebabkan "Chinese Restaurant Syndrome".
Gejala ini muncul ditandai dengan sakit kepala, nyeri otot dan sendi, sensasi panas atau keringat berlebihan, nyeri otot atau sendi.
Meski begitu, dari studi kasus atau penelitian, bahwa reaksi ini relatif jarang terjadi...