Politik Integrasi Pakubuwono X Menikahi Putri Sultan Jogja dan Pencarian Putra Mahkota
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Yunan Helmy
19 - Oct - 2023, 04:06
JATIMTIMES - Surakarta memang sudah tidak lagi jadi daerah istimewa. Namun, kota di Jawa Tengah itu punya satu pahlawan nasional yang istimewa dibanding pahlawan-pahlawan nasional lainnya. Ia adalah Susuhunan Pakubuwono X, raja yang tampil sebagai pelindung kebudayaan.
Kerajaan di Jawa yang sejatinya negara berdaulat pada masa Hindia Belanda seperti timbul tenggelam, namun tidak dengan Surakarta Hadiningrat. Di saat Jawa mengalami masa-masa sulit, Keraton Surakarta justru mengalami kejayaan di masa pemerintahan Susuhunan Pakubuwono X.
Baca Juga : Antarkan Anies-Cak Imin Daftar ke KPU, DPC PKB Kota Blitar Gelar Istighotsah
Pakubuwono X adalah raja yang istimewa. Raja Jawa yang satu ini dikenal cerdas dan ahli dalam segala ilmu. Ilmu pemerintahan, ilmu politik, hingga ilmu ghaib semuanya dikuasai oleh Pakubuwono X.
Di masa penjajahan ini, Pakubuwono X yang dikenal kaya-raya dan dermawan melakukan serangkaian gebrakan besar. Yang paling mencolok, raja itu melakukan perombakan dan pembangunan fisik besar-besaran di Surakarta Hadiningrat, yang saat ini kita kenal dengan nama Kota Surakarta atau Kota Solo.
Pakubuwono X memiliki dua permaisuri dan istri selir yang jumlahnya banyak. Pakubuwono X juga adalah menantu dari seorang raja Jawa yaitu Sultan Hamengkubuwono VII, penguasa Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Istri pertama Pakubuwono X adalah putri KGPAA Mangkunegara IV yang bernama BRAj Sumarti. Setelah menikah dengan Pakubuwono X, nama sang putri berubah menjadi Kanjeng Ratu Adipati Anom. Pernikahan ini terjadi pada 1890 atau tiga tahun sebelum Pakubuwono X naik tahta menjadi raja Surakarta. Setelah Pakubuwono X naik tahta pada 1893, putri dari Mangkunegaran itu berganti gelar menjadi Kanjeng Ratu Pakubuwono. Dari pernikahan ini, Pakubuwono X tidak memiliki anak.
Setelah tidak dikaruniai dari pernikahan pertama, Pakubuwono X membuat keputusan untuk mengambil permaisuri kedua. Pilihan jatuh kepada putri Sultan Hamengkubuwono VII yang bernama GBRAj Mur Sudarinah. Keputusan ini diambil untuk mencegah terjadinya konflik suksesi kekuasaan karena tidak adanya anak laki-laki dari permaisuri pertama. Pakubuwono X tidak ingin ada sengketa kekuasaan dengana adik-adiknya terkait dengan suksesi, apabila nantinya yang jadi raja adalah putranya dari selir. Pakubuwono X juga tidak mau mengambil salah satu adiknya untuk menggantikan dirinya menjadi raja Surakarta...