Sejarah Desa Kedungsalam: Sosok Linuwih dari Mataram, hingga Upaya Mengusir Pagebluk Kematian
Reporter
Ashaq Lupito
Editor
A Yahya
23 - Sep - 2023, 10:42
JATIMTIMES - Desa Kedungsalam merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang. Hingga kini, masyarakat Desa Kedungsalam masih menjunjung tinggi adat tradisi warisan leluhur. Termasuk tradisi Labuhan atau Larung Sesaji Gunung Kombang Pantai Ngliyep.
Sebagaimana diceritakan dalam pemberitaan sebelumnya, tradisi Larung Sesaji yang hingga kini masih dilestarikan oleh masyarakat Desa Kedungsalam tersebut, telah berlangsung setiap tahun sejak 113 tahun lalu. Tradisi tersebut awal mulanya ditujukan untuk mengharap ridho Tuhan yang Maha Kuasa, dalam rangka mengusir pagebluk kematian yang mewabah di Desa Kedungsalam.
Baca Juga : Pemerintah Segera Atur Social Commerce, Bagaimana Nasib TikTok Shop?
Jauh sebelum terjadi pagebluk, Desa Kedungsalam memiliki sejarah yang cukup panjang. Seperti apa sejarahnya ?.
Bermula pada kisaran tahun 1900-an, di wilayah yang kini diberi nama Desa Kedungsalam tersebut saat itu masih berupa hutan belantara. Hingga akhirnya, pada abad ke 19 itulah tiba seorang linuwih dari Mataram, Jawa Tengah. Beliau bernama Eyang Kiai Thalib.
Berdasarkan beberapa sumber, linuwih bisa diartikan sebagai seseorang yang memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang pada umumnya. "Bersama dengan segenap pendereknya (pengikutnya), Eyang Kyai Thalib kemudian membabat alas gung lewang lewung (hutan belantara yang luas) menjadi sebuah permukiman," ungkap Tokoh Masyarakat Desa Kedungsalam, Iwan Yuyanto.
Seiring berjalannya waktu, permukiman yang semula berupa hutan belantara tersebut didatangi oleh para pendatang dari Mataram. Hingga akhirnya, jumlah penduduk di permukiman yang dulunya berupa hutan belantara tersebut semakin banyak.
"Seiring berjalannya waktu, permukiman warga ini menjadi sebuah desa yang diberi nama Desa Kedungsalam. Lokasinya saat ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang," imbuh Iwan.
Semula, masyarakat Desa Kedungsalam hidup dengan tentram. Ketenangan warga mulai terusik pada awal tahun 1913. Saat itu, Eyang Kiai Thalib yang mengemban amanah sebagai Kepala Desa Kedungsalam pertama, dibuat kebingungan dengan datangnya sebuah malapetaka.
"Malapetaka itu berupa kelaparan, paceklik, hingga penyakit aneh yang disebut dengan istilah pagebluk," ucap Iwan...