Hubungan Spesial Panembahan Juminah dengan Sultan Agung, Paman Sekaligus Ayah Tiri
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Yunan Helmy
12 - Aug - 2023, 06:23
JATIMTIMES - Setelah Retno Dumilah dipersunting Panembahan Senopati, rakyat Madiun berharap keturunan sang ratu bakal menjadi raja Mataram selanjutnya. Namun harapan itu pupus. Panembahan Senopati lebih memilih Raden Mas Jolang, putra dari permaisurinya yang berasal dari Pati sebagai penerus takhta Kerajaan Mataram Islam selanjutnya.
Panembahan Senopati dan Retno Dumilah memiliki beberapa putra. Salah satunya Raden Mas Bagus yang sempat digadang-gadang sebagai putra mahkota. Alih-alih menjadi raja, setelah beranjak dewasa, Raden Mas Bagus yang bergelar Pangeran Balitar I justru ditunjuk Senopati untuk meneruskan kiprah saudaranya yang wafat, Pangeran Pringgalaya sebagai bupati Madiun. Kakek Pangeran Balitar I dan Pangeran Pringgalaya adalah Pangeran Timur, bupati pertama Madiun yang berkuasa di bawah kekuasaan Kesultanan Pajang.
Baca Juga : MUA Ini Gunakan Lem Kertas untuk Rias Alis, Memang Bisa?
Pangeran Balitar I menjabat bupati Madiun selama 13 tahun mulai 1601 sampai dengan 1613. Jabatan ini membuat ia mendapat gelar baru, yaitu Pangeran Adipati Juminah Petak/Adipati Mangkunegara I. Kemungkinan ia menjabat bupati Madiun dalam waktu yang hampir bersamaan dengan kenaikan takhta saudaranya dari lain ibu, yaitu Raden Mas Jolang sebagai raja kedua Mataram dengan gelar Panembahan Hanyakrawati.
Panembahan Hanyakrawati memiliki putra bernama Raden Mas Rangsang yang kelak menjadi raja ketiga Mataram dengan gelar Sultan Agung Hanyakrakusumo. Juminah memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Sultan Agung. Keakraban hubungan paman dan keponakan ini dibuktikan dengan beberapa tahun setelah ayahnya wafat, Sultan Agung menikahkan ibunya yang menjanda, Ratu Mas Hadi dengan Pangeran Adipati Juminah. Dengan pernikahan ini, gelar Juminah naik lagi menjadi panembahan. Nama itulah yang kita kenal sekarang sebagai Panembahan Juminah, putra Senopati yang dimakamkan di Giriloyo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Setelah ayahnya Hanyakrawati wafat saat berburu di Hutan Krapyak, Raden Mas Rangsang naik takhta pada tahun 1613 dengan gelar Panembahan Hanyokrokusumo atau Prabu Pandita Hanyokrokusumo. Pada tahun 1624 setelah berhasil menakukkan Madura, sang raja mengganti gelarnya menjadi Susuhunan Agung Hanyokrokusumo.
Kemudian pada sekitar tahun 1640-an, gelarnya diganti menjadi Sultan Agung Senapati ing Alaga Abdurrahman. Juminah mendapatkan gelar panembahan sekitar tahun 1624. Gelar bangsawan yang lebih tinggi itu setelah Sultan Agung berhasil menaklukkan kerajaan Surabaya dan Madura...