Sultan HB II ketika Pecah Pemberontakan Bupati Madiun Raden Ronggo III, Pura-Pura atau Pro-Belanda?
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Yunan Helmy
27 - May - 2023, 03:57
JATIMTIMES - Pemberontakan yang dilakukan Raden Ronggo Prawirodirdjo III berakhir tragis. Sang bupati wedana tewas di tangan pasukan gabungan Keraton Yogyakarta dan VOC dalam pertempuran di tepi Bengawan Solo.
Putra terbaik Madiun itu gugur mempertahankan tanah airnya, Negara Kasultanan Yogyakarta yang mulai digarongi bangsa Eropa.
Baca Juga : Pria di Malang Nekat Akhiri Hidup dengan Loncat dari Jembatan Soehat, Ditemukan Tewas
Sekedar mengingatkan, pemberontakan Raden Ronggo adalah peristiwa pertempuran yang terjadi antara 20 November hingga 17 Desember 1810, antara pasukan yang dipimpin Bupati Wedana Mancanegara Timur Kasultanan Yogyakarta merangkap Bupati Madiun Raden Ronggo Prawirodirdjo III melawan tentara Belanda di bawah kepemimpinan Gubernur Jenderal Belanda Herman Willem Daendels.
Pemberontakan berlangsung singkat dan dapat segera dipadamkan oleh Daendels dengan bantuan pihak Keraton Yogyakarta. Dalam peristiwa ini, Sultan Hamengkubuwono II tidak dapat berbuat banyak selain berpura-pura mendukung Belanda akibat tuduhan yang diarahkan Sunan Pakubuwono IV kepadanya.
Dalam peristiwa ini, Raden Ronggo Prawirodirdjo III tewas dalam pertempuran di Kertosono. Dia memilih jalan kematiannya sendiri oleh tombak yang ditusukkan oleh Pangeran Dipokusumo. Pemberontakan Raden Ronggo gagal, namun pada akhirnya menjadi inspirasi Pangeran Diponegoro untuk mengibarkan bendera Perang Jawa melawan Belanda yang berlangsung dahsyat 15 tahun setelahnya.
Dilansir dari buku Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro (1785-1855) karya Peter Carey, Sultan Hamengkubuwono II berada dalam posisi sulit saat pecahnya pemberontakan Raden Ronggo. Sultan sebagai bekas mertua betul-betul menyayangi Ronggo. Rasa sayang dan kedekatan ini membuatnya jadi dicurigai terlibat dalam pemberontakan bupati wedana itu.
Hubungan Ronggo dengan sultan kedua Yogyakarta memang seperti ayah dan anak. Raden Ronggo III menikahi putri paling cantik dari Sultan Hamengkubuwono II, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Maduretno. Sayang, setahun sebelum meletus pemberontakan, Maduretno meninggal dunia mendadak setelah melahirkan.
Kembali kita membahas keputusan sultan menghadapi pemberontakan Raden Ronggo Prawirodirdjo III. Sadar posisinya terdesak, tak ada pilihan bagi sultan selain berpura-pura memihak VOC. Kecurigaan pihak kompeni itu hampir-hampir saja membuat Sultan Yogyakarta dan panglimanya ditangkap.
“Posisi sultan sendiri sangat sulit...