Wawali Surabaya Hadir di Tengah Konflik Warga Bulak Terkait Dugaan Pungli Pengurus RW
Reporter
M. Bahrul Marzuki
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
24 - Feb - 2023, 12:54
JATIMTIMES - Dugaan pungli bantuan langsung tunai (BLT) dan penjualan sarana prasarana (sarpras) bantuan Pemkot Surabaya di RW 1 Bulak sampai di telinga Wakil Wali Kota Surabaya Armuji.
Merespons masalah itu, Armuji menggelar rapat mediasi di kantor Kelurahan Bulak, Kamis (23/2). Rapat tersebut dihadiri puluhan warga, ketua RT, pengurus RW, tokoh masyarakat, jajaran Kelurahan/ Kecamatan Bulak, serta anggota TNI-Polri.
Baca Juga : Musrenbang Junrejo Tampung 71 Usulan Senilai Rp 25 Miliar, Mayoritas Terkait Infrastruktur
Rapat berjalan intens sejak awal. Pro dan kontra tersaji. Pihak warga dengan pengurus RW saling memberikan keterangan. Sesekali adu argumen. Namun Armuji berupaya memetakan satu per satu dengan jeli permasalahan warga.
Soal pungli BLT, wawali mengatakan bahwa tidak ada pemotongan. Akan tetapi BLT sedikitnya 60 warga ditahan. Baru bisa dikeluarkan setelah membayar iuran pembangunan gedung Balai RW 1 sebesar Rp 100 ribu.
Armuji lantas menyayangkan hal tersebut. Dia mengingatkan agar pengurus RW mana pun di Surabaya jangan sesekali menahan BLT untuk warga kurang mampu. Terkhusus pengurus RW 1 Bulak, dia meminta aksi tersebut tidak diulangi lagi.
“Lain kali jangan seperti itu. Yang namanya sumbangan itu sukarela. Jadi untuk masalah BLT itu kan jelas bagi warga tidak mampu, sehingga jangan lah kalau meminta kepada mereka. Saya minta jangan dilakukan sistem penahanan seperti itu lagi, wes stop, nggak boleh, jangan diulangi lagi,” tegas Armuji.
Kemudian soal penjualan sarpras bantuan pemkot berupa gerobak sampah, diketahui memang ada kesepakatan antara pengurus RW dengan RT untuk membayar sebesar Rp 300 ribu per gerobak. Nominal itu digunakan untuk biaya transportasi pengambilan gerobak sampah.
Armuji menjelaskan, gerobak sampah tidak diperjualbelikan. Pemkot memberikan secara gratis bagi RT/RW yang membutuhkan. Hanya saja, pemkot melalui DKRTH tidak mengantarkan ke lokasi memang dan warga harus mengambil sendiri.
“Kalau angkutan itu ambil sendiri, warga silakan bermusyawarah bisa urunan soal biayanya untuk menyewa transportasi,” kata Armuji.
Namun begitu, Armuji mendadak memasang wajah geram. Itu setelah dirinya mendengarkan laporan warga bahwa ada salah satu gerobak sampah yang dijual ke tukang rombeng sebesar Rp 400 ribu. Oknum yang menjual merupakan salah satu staf RW.
“Lho, kalau seperti itu tidak boleh,” ucapnya.
Sejumlah persoalan terus diuraikan oleh Cak Ji, sapaan karib Armuji...