Pangeran Timur, Masjid Kuno Kuncen dan Sejarah Berdirinya Madiun

Reporter

Aunur Rofiq

16 - Jan - 2023, 09:54

Makam Pangeran Timur di barat Masjid Kuno Kuncen Kota Madiun.(Foto : Aunur Rofiq/JATIMTIMES)

JATIMTIMES- Dewasa ini Jawa Timur lebih dikenal dengan kota-kota yang identik dengan modernitas. Beberapa kota dengan energi modernitas bermunculan di Jawa Timur. Sebut saja Surabaya, Malang, Kediri dan Madiun. Uniknya, beberapa kota seperti Malang dan Madiun belakangan terinspirasi dengan Yogyakarta dan Surakarta untuk memunculkan konsep heritage dalam skema tata kota.

Di tulisan kali ini JATIMTIMES akan sedikit mengajak pembaca untuk mengulas tentang Madiun. Ya, bicara mengenai heritage, Madiun secara aura dan energi lebih dekat dengan heritage model Yogyakarta dan Surakarta. 

Baca Juga : Jelang Ramadan, Lawang Agung Siapkan 27 Jenis Kurma

Pertama, di Madiun banyak ditemui situs pemakaman kuno pangeran dan pejabat bupati dari era Kasultanan Mataram Islam. Kedua, di Madiun ada banyak situs bersejarah era Kasultanan Demak, Kasultanan Pajang dan Kasultanan Mataram Islam yang hingga kini masih sangat terawat. 

Ketiga, di Madiun ada bekas reruntuhan keraton Maospati (bekas pusat pemerintahan Madiun era Raden Ronggo Prawirodirdjo III), yang mirip dengan situs keraton Kartasura di Jawa Tengah dan Keraton Kotagede di Yogyakarta. Juga ada bangunan-bangunan era kolonial Hindia Belanda, yang beberapa di antaranya kini difungsikan sebagai kantor pemerintahan.

Salah satu bangunan cagar budaya dan situs bersejarah di Madiun adalah Masjid Kuno Kuncen. Konon menurut cerita turun temurun dari sesepuh dan ulama Madiun era terdahulu, masjid ini ada sejak era pemerintahan Pangeran Timur. 

Koordinator Pengelola Masjid Kuno Kuncen, Saimunir, menjelaskan diperkirakan Masjid Kuno Kuncen dibangun pada akhir abad ke-15 tepatnya sekitar tahun 1575, tepatnya di zaman pemerintahan Bupati Pangeran Timur. Pangeran Timur adalah bupati pertama Kadipaten Purabaya (sekarang Madiun) yang naih tahta dengan gelar Panembahan Ronggo Jumeno.

Lalu siapakah Pangeran Timur? Menurut silsilah, Pangeran Timur adalah putra Sultan Trenggono, adik ipar Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir atau Mas Karebet. Pangeran Timur diangkat sebagai anak oleh Raden Ayu Retno Lembah. Raden Ayu Lembah merupakan putri dari penguasa Kadipaten Ngurawan yang menikah dengan Surya Pati Unus, putra dari Sultan Demak Raden Fatah.

Pada 18 Juli 1568, Pangeran Timur diangkat sebagai Bupati Purabaya (nama baru Kadipaten Ngurawan) oleh Sunan Bonang yang mewakili para wali. Pangeran Timur jumeneng dengan gelar Panembahan Ronggo Jumeno memerintah Kabupaten Madiun selama 18 tahun, sejak 1568 hingga 1586. Saat itu kekuasaan Demak telah diambil alih oleh Kerajaan Pajang yang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir.

Diangkatnya Panembahan Ronggo Jumeno sebagai pemimpin sekaligus mengakhiri pemerintahaan Pengawasan Kesultanan Demak di bawah Kyai Rekso Gati. Panembahan Ronggo Jumeno dikenal sebagai pemimpin yang adil, bijaksana dan dicintai oleh rakyat Madiun hingga hari ini.

Beberapa wilayah kekuasaan dari Panembahan Ronggo Jumeno meliputi Surabaya, Pasuruan, Ngawi, Tuban, Nganjuk, Brebek, dan Ponorogo. 

Masa peralihan kekuasaan Jawa dari Pajang ke Mataram menjadi era baru bagi Madiun. Mataram berhasil menguasai Kerajaan Pasai sehingga posisi kadipaten-kadipaten harus tunduk di bawah kekuasaannya. Namun Panembahan Ronggo Jumeno menolak untuk tunduk terhadap Mataram yang saat itu dipimpin oleh Panembahan Senopati.

Baca Juga : Viral, Adat Pernikahan Nguyen, Malam Pertama Suami Istri Ditemani Keluarga 

Penolakan tersebut membuat Mataram menyerang Madiun. Tercatat Mataram dua kali melakukan serangan pada 1568 dan 1587. Namun, kedua serangan tersebut berhasil di kalahkan karena Purabaya mendapat bantuan dari 15 bupati Mancanegara Timur.

Setelah dua kali mengalami kekalahan, Mataram menyusun strategi baru untuk menyerang Purabaya dengan berpura-pura menyerah. Mengetahui hal tersebut, pasukan sekutu dari Mancanegara Timur ditarik mundur dan kembali di wilayahnya masing-masing.

Saat Kadipaten Purabaya lengah, pasukan Mataram menyerang kembali pada tahun 1590 M. Saat itu pusat pemerintahan telah berpindah ke Wonosari dan kekuasaan Kadipaten Purabaya sudah diserahkan kepada anak Panembahan Ronggo Jumeno yakni Raden Ayu Retno Dumilah. 

Pada tahun 1590, dengan berpura-pura menyatakan takluk, Mataram menyerang pusat istana Kabupaten Purbaya yang hanya dipertahankan oleh Raden Ayu Retno Djumilah dengan sejumlah kecil pengawalnya. Perang tanding terjadi antara Panembahan Senopati dengan Raden Ayu Retno Dumilah. Perang dilakukan disekitar sendang di dekat istana Kabupaten Wonorejo (Madiun).

Pusaka Tundung Madiun berhasil direbut oleh Panembahan Senopati. Dan melalui bujuk rayunya, atas saran dari Ki Juru Martani (Patih Kasultanan Mataram),  Raden Ayu Retno Dumilah dipersunting oleh Panembahan Senopati.

Raden Ayu Retno Dumilah kemudian diboyong ke istana Mataram di Plered (Yogjakarta) dan berakhirlah era Kadipaten Purabaya. Sebagai peringatan penguasaan Mataram atas Purabaya tersebut maka pada hari Jumat Legi tanggal 16 Nopember 1590 Masehi nama Purabaya diganti menjadi Madiun.


Topik

Hiburan, Seni dan Budaya, ,



Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat di Indonesia. Sektor industri, perdagangan, dan pariwisata menjadi pilar utama perekonomian Jatim. Pembangunan infrastruktur juga terus dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

cara menyimpan tomat
memilih model baju kerja wanita
harga gabah shio 2025
cara simpan tomat