Kisah Tasripin, Crazy Rich Semarang Tempo Dulu
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
08 - Nov - 2022, 07:16
JATIMTIMES - Kota Semarang, menjadi kota di Jawa Tengah yang menyimpan banyak cerita sejarah. Salah satunya adalah kisah Tasripin. Tasripin merupakan seorang pribumi yang menjadi tuan tanah sekaligus pengusaha kulit yang begitu kaya di masanya.
Ia memiliki banyak aset yang tersebar di Kota Semarang. Tasripin hidup pada era kolonial Belanda sekitar akhir abad 18 hingga awal abad 19-an. Ia lahir pada tahun 1834. Lantas seperti apa kisah crazy rich Indonesia tempo dahulu itu?, simak informasinya yang dihimpun jurnalis JatimTIMES dalam lawatan ke Semarang.
Baca Juga : Driver Ojol Perlu Tahu, Ini Caranya Dapat Uang Tip dari Penumpang
Rofik, seorang Guide wisata di Kota Tua Semarang menjelaskan Tasripin merupakan salah satu orang kaya di Semarang selain Oei Tiong Ham. Awalnya ia hanya pekerja biasa di pelabuhan, namun dengan giatnya ia bekerja, kemudian membuatnya memiliki modal untuk mendirikan usaha.
Saat itu, ia berbisnis dengan orang Belanda. Ia memiliki bisnis seperti penyamakan kulit, pabrik es, sewa menyewa tanah dan bangunan hingga menjalankan usaha pengiriman barang di daerah Kota Lama Semarang.
Berjalannya waktu, bisnis yang dijalankan Tasripin berkembang pesat. Bahkan, konon ia juga sampai mempunyai sebuah kapal untuk mengirimkan barang miliknya ke negara lain melalui pelabuhan yang kala itu masih ada di sepanjang Kali Semarang.
Berkembangnya usaha yang ia miliki membuatnya mampu membeli aset-aset di berbagai daerah di Kota Semarang. Hal itu juga membuatnya membutuhkan banyak pekerja, yang juga menempati rumah atau aset milik Tasripin lainnya.
"Tasripin ini memang bisnis sama Belanda, tapi dia tak suka dengan orang Belanda. Tasripin ini setiap hari juga memberikan makanan kepada orang-orang yang datang kerumahnya," jelasnya.
Tasripin juga pernah diberikan sejumlah koin emas oleh Ratu Belanda Wilhelmina. Pada koin itu, terdapat gambar wajah sang ratu. Karena ketidaksukaan dengan Belanda, Tasripin kemudian menuliskan surat kepada Belanda untuk meminta izin memasang koin itu di rumahnya.
Setelah mendapatkan balasan surat izin, dipasanglah koin tersebut oleh Tasripin di bagian rumahnya, tepatnya di lantai. Pemasangan koin tersebut di lantai kemudian diketahui oleh Belanda. Belanda pun memprotes Tasripin. Hal itu dianggap Belanda menghinanya...