Sejarah Pabrik Gula di Sidoarjo dan Prostitusi yang Mengikutinya
Reporter
Irwan Febrianto Nugroho
Editor
Dede Nana
29 - Oct - 2022, 12:50
JATIMTIMES – Prostitusi dan sejarah panjang berdirinya pabrik gula di Kabupaten Sidoarjo menjadi cerita menarik yang melekat bagi masyarakat sekitar. Selain tercatat sebagai sisa-sisa peradaban, nyatanya tempat ini menyimpan banyak hal menarik termasuk menjamurnya tempat prostitusi.
Pabrik gula di Kabupaten Sidoarjo pertama kali didirikan sekitar 1832. Pabrik gula tersebut bernama PG Candi.Dulu dikenal dengan suiker fabrique (sf) Tjandi dan Sf Kremboong (PG Krembung) yang hingga kini masih aktif dan eksis bergerak di bidang agroindustri tebu.
Baca Juga : Momentum Sumpah Pemuda 2022, Bupati Tulungagung Ajak Pemuda Aktif Warnai Pembangunan
Menurut salah satu pemerhati sejarah di Sidoarjo Sudi Harjanto, dalam perkembangan industri gula yang gencar kala itu membuat Belanda secara berkala membangun pabrik-pabrik gula di seluruh penjuru Kota Delta.
“Dulu ada sekitar 15 titik pabrik gula yang tersebar hampir disetiap kecamatan yang ada di Sidoarjo kala itu diantaranya adalah sf tawangsari, Sf ketegan, Sf waroe, Sf Seruni, Sf boedoeran, Sf panjoenan, Sf Tjandi, Sf tangoelangin, Sf porong, Sf watoe toelis, Sf Kremboong, Sf Toelangan, Sf Krian, Sf balong bendo dan Sf Popoh” Ungkap Sudi, Jumat (28/10/2022).
Industrialisasi pabrik gula di Sidoarjo berkembang sangat pesat di zamannya. Belanda saat itu sukses menggandeng para penguasa lokal setingkat kecamatan hingga kabupaten di Sidoarjo untuk membuat produksi dan pengiriman gula hingga ke mancanegara yang dikirim melalui kereta bertujuan pelabuhan yang ada di Kota Surabaya.
Fakta bahwa perkembangan pabrik gula sebagai raja industri di Sidoarjo saat itu juga dibarengi dengan menjamurnya tempat-tempat prostitusi kelas bawah hingga menengah di kawasan pabrik.
“Makanya ada istilah ‘Ada Gula, Ada Selimut’ lebih untuk menggambarkan kondisi saat itu. Menjamurnya dunia pelacuran saat itu juga berkembang. Perpelacuran untuk kelas menengah saat itu bernama "Societet (hanya untuk bule)" Di sana rata-rata pasarnya para pekerja dari Belanda. Nah untuk pekerja kelas bawah, rata-rata ada di samping-samping sekitarnya. Semua PSK-nya juga dari lokal,” paparnya.
Ketua Komunitas Sidoarjo Masa Kuno itu juga menegaskan bahwa setiap ada pabrik gula di suatu daerah, maka ada tempat prostitusi baik untuk kalangan menengah hingga kelas bawah...