Perjuangan Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan yang Masih Ingin Lakukan Autopsi, Usut Tuntas Tak Bisa Sendirian
Reporter
Hendra Saputra
Editor
Nurlayla Ratri
20 - Oct - 2022, 12:04
JATIMTIMES - Ayah korban tragedi Stadion Kanjuruhan Naila D Angraini (14) dan Natasya D Ramadani (16), Devi Athok warga Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang masih memiliki keinginan untuk melakukan autopsi kepada anaknya.
Namun, ia juga meminta dukungan dari seluruh Aremania dan terutama kepada keluarga korban agar berani bersama dirinya untuk mengajukan autopsi.
Baca Juga : Rekam Tetangga Kos Lagi Mandi, Pria di Gresik Masuk Bui
Sebagai informasi, Devi Athok kehilangan kedua anaknya yakni Naila D Angraini (14) dan Natasya D Ramadani (16) beserta mantan istrinya yakni Debi Asta (35) dalam tragedi Stadion Kanjuruhan 1 Oktober 2022 lalu.
Ketiga orang yang sangat dekat dengannya itu kehilangan nyawa di gate 13 bersama ratusan Aremania dan Aremanita yang lain.
Sebelumnya, Devi Athok sempat mengajukan untuk dilakukan autopsi kepada kedua anaknya. Hal itu untuk mencari penyebab pasti kematian anaknya usai laga Arema FC vs Persebaya 1 Oktober 2022 lalu.
Namun, keinginan untuk melakukan autopsi batal dilakukan. Lantaran, ia merasa sendirian dan tidak ada yang mendukung.
“Saat diwawancara salah satu televisi nasional saya minta 131 (keluarga korban) kemarin untuk tergugah hatinya, jangan (hanya) saya,” kata Devi Athok saat ditemui di kediamannya, Rabu (19/10/2022).
Devi menyampaikan keinginan autopsinya itu kepada kuasa hukumnya, yang merupakan Ketua Tim Advokasi Tragedi Kanjuruhan (TATAK) Peradi Kabupaten Malang, Imam Hidayat pada Senin, (10/10/2022) lalu.
“Saya ingin mengetahui secara pasti kematian anak saya. Karena kondisi jenazah kedua anak saya itu membiru dan menghitam, tidak ada sama sekali luka di badan, dan untuk kondisi Naila keluar busa dari hidungnya. Selain itu, dari kedua baju anak saya itu berbau menyengat seperti bau gas,” tegas Athok.
Namun pada 11 Oktober 2022, dia mengaku mulai didatangi polisi di kediamannya. Bahkan dia harus pulang lebih cepat dan meninggalkan aktivitas pekerjaan untuk menemui mereka. Beberapa hari selanjutnya, Devi terus didatangi aparat kepolisian bahkan hingga ada yang mengaku dari Mabes Polri.
“Mereka tanya tanya soal autopsi. Yang datang tak hanya satu, dua, tapi berombongan sampai berjejer di depan rumah. Ya keluarga saya takut lah,” beber Athok.
Merasa saking banyaknya, beberapa aparat dia tolak ketika hendak meminta berkomunikasi dengannya. Pintu rumahnya dia tutup dan segera meninggalkan mereka yang masih ada di luar rumah...