Pasien Amputasi Ribuan Tahun Lalu Kerangkanya Ditemukan di Kalimantan
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
08 - Sep - 2022, 08:46
JATIMTIMES - Tim peneliti Australia dan Indonesia, menemukan kasus operasi amputasi tertua. Temuan ini, ditemukan di Indonesia, tepatnya di Kalimantan. Hal ini pun menjadi temuan yang mengagumkan dalam sejarah.
Dilansir dari sydney.edu.au dan beberapa sumber lain, penemuan yang dipublikasikan dalam Jurnal Nature Ini, yakni sisa-sisa kerangka seorang manusia dewasa muda yang diperkirakan berusia 31 ribu tahun. Kerangka tersebut ditemukan di sebuah Gua Liang Tebo, di Semenanjung Sangkulirang-Mangkalihat, Kalimantan Timur.
Baca Juga : 21 Tahun Partai Demokrat, DPC Partai Demokrat Lumajang Gelar AHY Cup
Kerangka terkubur di kedalaman sekitar 150 cm dengan sisi kerangka meringkuk, dengan kaki ditekuk ke dada. Kepala menghadap ke sisi utara. Kerangka tersebut dahulunya diperkirakan berusia 19-20 tahun. Hal ini melihat ciri-ciri dari kerangka. Akan tetapi, masih belum jelas diketahui kelamin dari kerangka itu, tapi dari ciri fisiknya lebih mengarah ke laki-laki.
Saat masih hidup, orang tersebut diduga selamat dari prosedur pembedahan dan amputasi. Diprediksi, ia sempat hidup selama enam sampai 9 tahun lamanya, setelah itu mati. Penyebab kematian pun tidak diketahui.
Ahli bioarkeolog dan ahli kerangka kuno, Dr Melandri Vlok, di University of Sydney mengatakan temuan itu sangat menarik dan tidak terduga. Menurutnya, temuan ini menyiratkan kelompok manusia saat itu telah mengembangkan pengetahuan dan keterampilan medis yang lebih maju.
"Penemuan ini menyiratkan bahwa setidaknya beberapa kelompok manusia modern mencari makan di Asia tropis telah mengembangkan pengetahuan dan keterampilan medis yang canggih jauh sebelum transisi pertanian Neolitikum," kata Dr Vlok pada artikel yang terbit (8/9/2022).
Pada 30.000 tahun yang lalu, sebuah komunitas berhasil menavigasi pembuluh darah, arteri, saraf, dan jaringan, dan menjaga luka tetap bersih sehingga berhasil disembuhkan. Individu melanjutkan hidup sampai dewasa di mana penyebab yang tidak diketahui akhirnya menyebabkan kematian mereka.
Para arkeolog dari Griffith University dan University of Western Australia (UWA) menemukan kerangka-kerangka itu beberapa hari sebelum perbatasan ditutup karena pandemi COVID-19 pada Maret 2020...