Hari Santri Nasional, Wali Kota Sutiaji Giatkan Kembali Tradisi Safari Subuh
Reporter
Arifina Cahyati Firdausi
Editor
Yunan Helmy
22 - Oct - 2021, 09:09
JATIMTIMES - Di momen peringatan Hari Santri Nasional kali ini, Wali Kota Malang Sutiaji kembali menggiatkan tradisi safari subuh. Ajang menyapa para jamaah subuh dari masjid ke masjid kali ini menyasar Masjid Nasrudin di Jl Raya Ki Ageng Gribig Kedungkandang, Jumat (22/10/2021).
Menyapa jamaah subuh, Sutiaji secara khusus berduet dengan pengasuh Ponpes An-Nur Bululawang Gus Syaichur Rizal. Pembahasan yang disampaikan mengenai ajakan kepada warga untuk menjadikan masjid sebagai pusat penguatan moral. Dalam hal ini iman dan takwa masyarakat muslim.
Baca Juga : Anggota DPR Ini Beber Alasan Pinjol Ilegal Cukup Diminati Masyarakat
Dalam kajiannya, Sutiaji menyebutkan tantangan setiap muslim dalam perkataannya. Hal ini yang biasa disebut sebagai ghibah untuk sejatinya dijaga agar tak menghindarkan diri dari dosa.
"Tidak perlu menunggu hari akhir. Fenomena itu sudah terlihat saat ini. Untuk membicarakan orang lain, ghibah tidak lagi dengan mulut tapi cukup jari-jemari kita yang menulis kata-kata pada sosial media. Dan itu terus melekat serta begitu teralir sulit untuk menetralisirnya. Maka betapa bahayanya ghibah, fitnah, ujaran kebencian serta kata kata yg tidak baik bila sudah terviralkan," ujarnya.
Forum ini juga menjadi ajang untuk menyerap aspirasi dari masyarakat sembari menyempatkan diri untik melihat program urban farming sekaligus ikut memanen (memetik) sayur terong.
"Ini bagus. Warga memanfaatkan secara optimal lahan yang terbatas dan baiknya lagi juga tumbuh secara produktif, " ungkap Sutiaji.
Baca Juga : Bupati Lumajang Safari Masjid, Serap Aspirasi Warga
Sementara itu, Gus Rizal dalam tausiyahnya menyampaikan, saat ini gihbah seakan menjadi penyakit bangsa. Padahal, dalam tuntunan Islam itu tidak ada anjuran menghujat pimpinan. Bahkan seburuk apa pun seorang pimpinan, masyarakat perlu mengingatkan dengan santun, penuh rahman rahiim.
"Negara tidak akan bisa berdiri jejeg (tegak) jika pemimpin terus menerus dihujat seakan kebenaran hanya milik kelompok itu sendiri. Luwih apik nggak usah ndelok berita yang negatif...