Misteri Presiden Soekarno Pilih 17 Agustus 1945 Jadi Hari Kemerdekaan Indonesia
Reporter
Desi Kris
Editor
Yunan Helmy
17 - Aug - 2021, 03:28
INDONESIATIMES - Tepat hari ini Selasa (17/8/2021) Indonesia memperingati HUT kemerdekaan yang ke-76. Namun, sebagian orang mungkin belum mengetahui bagaimana sejarah terjadinya Hari Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno-Hatta.
Diceritakan bahwa dua hari menjelang Proklamasi Kemerdekaan RI, yakni pada 15 Agustus 1945, suasana Jakarta sangat tegang dan penuh kesibukan. Rumah Bung Karno -sapaan akrab Soekarno- di Jalan Pegangsaan Timur 56 (kini Jalan Proklamasi) tampak didatangi para pemuda yang sudah mengetahui Jepang telah menyerah kepada Sekutu.
Baca Juga : Peringati HUT Ke-76 RI di Rumah? Karnaval Online ala Beauty Vlogger Ini Vindy Aja Yuk!
Pada akhirnya, Bung Karno diculik ke Rengasdenglok. Namun ia menolak desakan para pemuda agar saat itu juga kemerdekaan diproklamasikan. Soekarno lebih memilih tanggal 17 Agustus.
"Mengapa diambil tanggal 17 Agustus? Mengapa tidak sekarang atau tanggal 16 Agustus?" tanya Sukarni, yang merupakan salah seorang pemimpin pemuda radikal, kala itu.
Soekarno pun menjawab: "Saya seorang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan secara pertimbangan akal mengapa tanggal lebih memberi harapan. Angka 17 adalah suci. Orang Islam sembahyang 17 rakaat sehari, Jumat hari suci."
Dalam perjalanan pulang dari Rengasdenglok pada 16 Agustus 1945 sore, ketika melalui Klender, di kejauhan terlihat asap mengepul-ngepul. Sukarni tampak gelisah sembari mempermainkan pistolnya.
"Lihatlah revolusi sedang berkobar persis seperti yang kita harapkan. Jakarta sudah terbakar," ujarnya.
Sukarni kemudian meminta agar kendaraan kembali lagi ke Rengasdenglok. Setelah diperiksa, asap itu muncul karena ternyata hanya seorang petani kecil sedang membakar jerami.
Detik-Detik Proklamasi dan Pengibaran Bendera
Proklamasi Kemerdekaan berjalan begitu saja. Bung Karno beberapa saat menjelang proklamasi bahkan sempat menderita penyakit demam (malaria).
Kemudian perwira Peta (Pembela Tanah Air) yang tertua, Tjudanto Latief Hendraningrat, masuk ke kamar Bung Karno dan bertanya, “Apakah Bung Karno sudah siap?”
Soekarno mengangguk tanpa mengeluarkan kata-kata. Lalu keluar, di belakangnya menyusul Hatta dan Fatmawati.
Tak ada orang yang ditugaskan mengerek bendera. Tiap orang menunggu dengan tegang.
Hingga akhirnya, Latief Hendraningrat-lah yang mengibarkan bendera kebangsaan Merah Putih...