Terungkap.. Syarat Nyadran di Gunung Bolo Tulungagung bukan Melacur, tapi Memberi Makan Kucing
Reporter
Anang Basso
Editor
A Yahya
07 - Aug - 2021, 02:28
TULUNGAGUNGTIMES - Kunjungan nyadran ke makam Roro Kembang Sore di Gunung Bolo, Desa Bolorejo Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung melorot drastis selama Pandemi Covid-19 dan pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dan Level 4.
Hal ini disampaikan Basuki (60) juru kunci makam yang berada di puncak gunung yang terkenal Keramat ini. "Selama ada Covid-19 ini sepi kedatangan peziarah dan orang yang nyadran," kata Basuki, Jumat (06/08/2021).
Baca Juga : Advokat Senior Tulungagung Nilai Eksekusi Tanpa Surat Pengadilan Negeri sebagai Eksekusi Liar
Juru kunci yang memegang kendali makam Roro Kembang Sore sejak tahun 1990 ini mengungkapkan, para peziarah yang hendak melakukan ritual nyadran umumnya dilaksanakan pada Jumat Pon. "Hari Jumat Pon biasanya ramai pengunjung baik dari dalam atau luar kota," jelasnya.
Masih seperti pada umumnya, kedatangan peziarah untuk nyadran ini umumnya minta agar diberikan kelancaran usaha, tercapainya cita-cita dan hajat lainnya melalui selamatan di makam yang punya sejarah panjang ini.
"Selamatan di sini sebagaimana umumnya tradisi jawa, membawa berkat dan ayam ingkung lalu saya beritahu cara menyampaikan hajatnya kepada Tuhan yang Maha Esa dengan media Nyi Roro Kembang Sore ini," tuturnya.
Basuki menampik jika tiap orang nyadran selalu minta pesugihan. Bahkan dia juga menolak syarat untuk kaya dari ritual di gunung Bolo adalah menjual tubuhnya pada orang lain (malacur) di area bong China yang satu lokasi dengan makam keramat ini. "Itu hanya mitos, yang menjajakan diri di makam sana itu juga bukan orang yang pernah nyadran di sini," ungkapnya.
Dari tradisi yang sudah berjalan bertahun-tahun ritual nyadran di Gunung Bolo ini adalah memberikan makanan sebagian ingkung ke kucing. "Kucingnya ini dulu sungguhan lalu diganti orang. Yang diberikan ke kucing ini kepala, cakar, sayap dan jerohan ayam," jelasnya.
Basuki sendiri menjadi juru kunci makam kembang sore setelah dipegang oleh juru kunci sebelumnya yakni Rosani dan diteruskan ke Basuki dan kepada dirinya.
Juru kunci membukakan pintu khusus kegiatan siang hari, untuk malam Basuki tidak pernah melayani kedatangan peziarah yang hendak melakukan ritual nyadran...