Kala PM Israel Ternyata Pernah Bersumpah Setia kepada Pemerintah Palestina
Reporter
Desi Kris
Editor
Yunan Helmy
24 - May - 2021, 04:17
INDONESIATIMES - Konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel hingga kini masih terus menjadi sorotan. Di balik konflik tersebut, mantan Perdana Menteri (PM) Israel Shimon Peres justru turut dibahas.
Shimon jadi pembicaraan karena ternyata diketahui pernah mendaftar sebagai warga negara kebangsaan Palestina. Hal itu terbukti dengan beredarnya visa milik Shimon saat ia berusia 21 tahun untuk memasuki Palestina.
Baca Juga : Kisah Pengkhianatan Istri Nabi Luth sehingga Binasa Bersama Kaum Sodom
Shimon sendiri merupakan tokoh Israel yang lahir di Wieniawa, Polandia (kini Visnievamen di wilayah Belarusia) pada 2 Agustus 1923. Ia meninggal dunia di daerah Ramat Gan, Israel, 28 September 2016 pada usia 93 tahun.
Dilansir melalui hops.id, kisah Shimon di tanah Palestina berawal pada tahun 1934 silam. Saat itu, keluarganya memutuskan untuk pindah ke kawasan Palestina yang masih dikuasai oleh pemerintah Inggris.
Pada dokumen pendaftaran Shimon yang ingin berkewarganegaraan Palestina, dijelaskan status pekerjaannya sebagai petani. Ia lantas datang dari Belarusia pada tahun 1937.
Terlihat dari foto dokumen yang beredar, tanda tangan yang diduga milik Shimon itu tampak jelas dengan sebuah pernyataan yang berbunyi "Saya bersumpah atas nama Tuhan bahwa saya akan tunduk dan setia kepada negara Palestina".
Sejarah Panjang Israel di Tanah Palestina
Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Nomor 181 pada 1947 membagi dua wilayah Palestina. Satu untuk bangsa Yahudi dan sisanya untuk rakyat Palestina. Meski demikian, Israel yang terbentuk pada 1948 itu merasa tak puas dan terus merampas wilayah Palestina hingga kini menguasai 78 persen dari luas semua wilayah.
Kemudian, tertulis dalam buku Jejak-Jejak Juang Palestina karya Musthafa Abd Rahman, dua peristiwa sejarah yang menjadi fondasi perampokan tanah Palestina ini berkisar pada 1900-an. Pertama, peristiwa Perjanjian Sykes-Picot pada 1916 antara Inggris dan Prancis.
Kala itu Inggris dan Prancis membagi peninggalan Dinasti Ottoman di wilayah Arab...