Tak Banyak Yang Tahu, Inilah Sosok Pencetus Lambang Banser NU
Reporter
Desi Kris
Editor
Yunan Helmy
24 - Apr - 2021, 06:17
INDONESIATIMES - Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama atau (Banser NU) merupakan badan otonom Nahdlatul Ulama dari GP Ansor. Dilansir melalui nu.or.id, Banser NU adalah akronim dari Barisan Serba Guna NU.
Banser NU merupakan lembaga semi-otonom dari Gerakan Pemuda Ansor, organisasi pemuda NU yang berdiri pada 1930, 4 tahun setelah NU didirikan. Banser sendiri adalah barisan pemuda yang dikenal dengan penampilannya, mulai dari pakaian, sepatu, topi, hingga atribut-atribut lainnya, yang mirip dengan pasukan militer.
Baca Juga : Seru-seruan ala W175 Plat AG, Ngabuburide Keliling Tulungagung
Banser menjalankan berbagai fungsi yang biasanya dijalankan oleh polisi, seperti pengaturan lalu lintas atau pengamanan sebuah acara. Juga tenaga relawan dalam peristiwa yang membutuhkan bantuan segera seperti dalam sebuah bencana.
Lantas siapa sebenarnya, pencetus lambang Banser? Tak tercatat dalam sejarah, ternyata sosok pencetus lambang Banser hingga kini masih ada dan tinggal di daerah Jawa Timur.
Hal ini diketahui melalui Podcast yang diunggah melalui channel YouTube ANSOR JATIMTV pada Jumat (23/4/2021). Dalam video tersebut, PW Cyber Ansor Jatim A. Zulham Mubarak berbincang dengan KH Muhammad Yunus.
KH Muhammad Yunus merupakan salah satu tokoh Ansor yang melegenda. Beliau juga sosok orang yang mendesain logo Banser. Yunus merupakan pria kelahiran Malang yang saat ini sudah berusia 80 tahun.
Dalam kesempatan itu, Yunus menceritakan bagaimana proses kreatif di balik terciptanya lambang Ansor yang menjadi kebanggakan mereka. "Banyak beberapa cabang di Jawa Tengah yang ingin lepas dari NU sehingga saya berpikir nggak mungkin nih melawan sejarah. Gerakan Ansor suka gak suka jadi anaknya NU, apa pun yang terjadi," ujar Yunus.
Dari situlah, Yunus mencoba memikirkan untuk membuat desain seperti itu. "Dulu kan lambang Basner dibuat di Blitar, setiga Anser, kemudian di sebelah kanan ada senapan angin, yang kiri ada pacul. Kan gitu. Dari situ sayang bilang, saya nggak suka Banser begini," ceritanya lagi.
Hingga akhirnya Yunus berusaha untuk membuat desain yang lebih cocok dan sesuai dengan apa yang terjadi saat itu. "Tapi waktu itu saya tidak bermaksud membuat lambang. Untuk Malang saja. Tapi dalam perjalanannya ketika ada konfers di Ciawi, lambang dibawa ada dua. Ada yang bulat. Tapi waktu itu yang bulat hilang. Akhirnya dipakai itu," cetusnya.
Segilima sendiri melambangkan dari Pancasila dan Rukun Islam...