30 Perempuan Cantik Kenakan Sanggul dan Kebaya di Kampung Budaya Polowijen
Reporter
Reynaldi Faturrahman
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
11 - Apr - 2021, 01:00
MALANGTIMES - Islam adalah agama yang dapat secara mudah berasimilasi dengan kultur lain tak terkecuali dengan budaya Jawa. Percampuran budaya Jawa dan Islam telah melahirkan banyak tradisi yang tetap bertahan sampai saat ini.
Salah satu contohnya adalah kegiatan Megengan Mapag Wulan Poso atau menjemput bulan puasa yang dilaksanakan oleh pegiat budaya Kampung Budaya Polowijen pada hari ini (10/04/2021).
Baca Juga : Ramadhan, Ada Masakan Nusantara di Ibis Styles Malang, yang Masak Chef Berpengalaman Lho
Prosesi acara ini diawali dengan persembahan tari malangan oleh adik-adik dari KBP yang setiap hari berlatih di sanggar KBP. Dilanjutkan menghidangkan apem sebagai tanda permintaan maaf, budaya nyadran atau ziarah dan membersihkan kubur.
Acara ini dihadiri lebih dari 30 perempuan dengan atribut kebaya dan sanggul lengkap dan diikuti Komunitas Sanggul Nusantara Malang dan Surabaya serta perwakilan warga Polowijen dan mahasiswa Pariwisata Universitas Merdeka Malang.
“Biasanya, acara ini dilakukan di mushola setempat, tapi kali ini kita adakan di Kampung Budaya Polowijen sekaligus mengenalkan Kampung Budaya Polowijen kepada masyarakat,” ujar Ki Demang, Pendiri Kampung Budaya Polowijen dalam sambutannya.
Acara ini merupakan acara yang rutin dilakukan setiap tahunnya dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan sekaligus silaturahmi kepada warga masyarakat agar terciptanya lingkungan kampung yang damai, aman, dan tetap menghargai budayanya.
Baca Juga : Akibat Gempa, Sejumlah Rumah di Kabupaten Malang Rusak Parah Hingga Roboh
“Kami harap acara dan silaturahmi seperti ini bisa terjalin di antara kita semua. Selain untuk silaturahmi, acara seperti ini kan juga bisa sekaligus merawat dan memperkenalkan budaya malangan seperti tarian, topeng, gamelan, dan seni rupa,” pungkas Ki Demang...