Gerakan "Not For Sale" Berbuah Hasil, Harga Ikan di Tulungagung Naik Signifikan
Reporter
Anang Basso
Editor
A Yahya
10 - Nov - 2020, 03:09
Gerakan pembudidaya gurami yang menggelorakan gerakan tidak menjual "Not For Sale" benar-benar terbukti mendongkrak harga ikan. Hal ini setelah hampir dua pekan masyarakat tidak menjual ikan meski telah memasuki masa panen. "Biarlah tidak kami jual dulu, masa setahun menunggu justru bukan untung yang kami dapat tapi malah rugi," ujar Hardi, salah satu pembudidaya yang menahan ikannya meski seharusnya telah dipanen, Senin (09/11/2020).
Hardi sendiri mempunyai 3000 an ekor ikan yang sudah habis pakan pelet 80 an sak. Seharusnya, jika dijual kering ikan sebanyak itu umumnya akan dijual saat menghabiskan pelet 70- 75 sak. "Jika dijual basah tidak apa-apa habis pelet hingga 90 sak," ujarnya.
Baca Juga : Inilah Pengakuan Pengecer Pupuk Diduga Palsu yang Beredar di Tulungagung
Saat dikonfirmasi, ketua Asosiasi Pembudidaya Ikan Gurami Tulungagung (Aspigrata) Zaenal Arifin mengaku gerakan Not for Sale ini terbukti menaikkan harga gurami secara signifikan. "Menahan tidak menjual terbukti menaikkan harga gurami," kata Arifin saat dihubungi melalui WhatsApp.
Dari catatan harga per, Senin (09/11) hari ini harga ikan gurami sudah naik dari sebelumnya mencapai titik terendah Rp 16 ribu rupiah perkilogram kini mencapai Rp 23 ribu sampai Rp 23,5 ribu perkilogram basah dan Rp 20 ribu perkilogram timbangan kering.
"Dengan menahan ikan, ketersediaan ikan yang dipanen menjadi seimbang antara Demand dan Supply. Dengan kondisi seperti saat ini pemilik ikan siap panen memiliki posisi tawar," jelasnya.
Baca Juga : 1,8 Juta Perbulan Dapat Rumah Nuansa Asri Dekat Tol Surabaya-Malang
Dengan gerakan Not for Sale ini berpengaruh langsung pada distribusi ikan keluar kota. "Bakul (penjual gurami) di Tulungagung sulit kulakan ikan konsumsi, otomatis bakul mengeluh ke pengepul yang dikirimi di luar kota," pungkasnya...